Thursday, November 24, 2011

Berbicara Imajinasi

SERINGKALI apa yang saya bayangkan atau imajinasikan justru tak pernah menjadi kenyataan. Maksudnya seperti ini, ada kalanya sebuah peristiwa terjadi tidak sesuai dengan apa yang saya bayangkan sebelumnya. Misalnya saja, saya membayangkan bahwa pada suatu waktu tertentu saya akan bertemu dengan pacar saya. Kita menghabiskan waktu berlama-lama untuk ngobrol sambil bermain mengunjungi tempat-tempat keramaian. Tapi justru apa yang saya bayangkan itu tak pernah terjadi. Walhasil, saya memang tak bertemu dengannya, apalagi jika harus berbincang-bincang dan bermain bersama dengannya. Nah, itu yang saya maksudkan.

Monday, November 14, 2011

Hidung (3)


Oleh: Nikolai Gogol
Lelucon benar-benar ada di muka bumi dan kadang-kadang ia muncul sama sekali tanpa dasar kemungkinan yang pasti. Demikianlah, hidung yang akhir-akhir ini hilang sebagai Konselor Negara, dan berjalan-jalan di sepenjuru kota, tiba-tiba saja menempati kembali tempatnya semula (di antara kedua pipi Mayor Kovalev) seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. Hari itu tanggal 7 April dimana paginya Mayor terbangun seperti biasa, dan, seperti biasa pula, ia melemparkan sekilas tatapan keputus-asaannya kepada cermin, untuk saat ini ia terdiam, apa? –mengapa, hidung lagi! Dengan segera ia memegangnya. Ya, hidung, benar-benar hidung! "Aha!" teriaknya. Dalam kegembiraannya, ia memeriksa sekeliling kamar dengan dengan telanjang kaki dan tidak membiarkan Ivan tiba-tiba masuk untuk memeriksanya. Lalu ia sendiri menyiapkan peralatan untuk mencuci, mencuci hidung itu, dan melihat lagi ke cermin. Oh, hidung itu masih ada di sana! Lantas selanjunya ia menggosoknya menggunakan handuk dengan semangat. Ah, masih ada di sana, sama seperti dulu!

Hidung (2)

Oleh: Nikolai Gogol
ASESOR Kolega Kovalev juga bangun lebih awal pagi itu. Ia membuat "Br-r-rh!" menggunakan bibirnya yang selalu saja ia lakukan ketika ia bangun–ia sendiri tidak tahu mengapa. Lalu ia pun menggeliat, meraih kaca kecil di atas meja tak jauh darinya, dan membenahi diri untuk memeriksa jerawat yang telah pecah di hidungnya semalam. Tetapi, heran tak dinyana baginya, hanya ada sebidang yang rata di wajah tempat di mana hidung mestinya berada! Dengan gusar ia mengambil air, mencuci dan menggosok matanya menggunakan handuk. Benar, hidungnya benar-benar hilang! Ia menekan  tempat itu dengan tangannya –mencubit dirinya sendiri untuk meyakinkan bahwa ia tidak sedang tidur. Tapi tidak: ia tidak sedang tidur. Kemudian ia melompat dari tempat tidur dan menggeleng. Tak ada hidung! Akhirnya ia mengenakan bajunya dan dengan segera berangkat ke kantor Komisaris Polisi.
Akan saya tambahkan sesuatu yang mungkin pembaca dapat rasakan seperti apa yang Asesor Kolega rasakan. Tentunya, hal ini tanpa ada maksud berkata bahwa Asesor Kolega yang mendapatkan gelar dengan bantuan diploma akademik, tidak bisa dibandingkan dengan asesor kolega yang mendapatkan gelarnya melalui jasa layanan di Kaukasus. Keduanya ini secara keseluruhan berbeda, walau bagaimanapun hal itu ada. Rusia adalah negeri yang sangat aneh yang membiarkan seseorang berkata apa pun tentang ke-asesor-kolega-an seseorang dan yang berhubungan dengannya, dari Riga sampai Kamchatka, dalam sekali waktu menggunakan ucapan untuk dirinya sendiri –semua gelar dan kedudukan adalah hal yang sama saja. Sekarang, Kovalev adalah seorang Asesor Kolega Kaukasus dan telah, juga masih, menyandang gelarnya itu selama dua tahun. Oleh karena itu, tanpa bisa dilupakannya, ia mencari lebih martabat dan bobot dengan memanggil dirinya sendiri “Mayor", selain "Asesor Kolega".

Thursday, November 10, 2011

Dhandaka

Prosesi

Siapa yang berkata darah sama dengan airmata?
Ruang putih tak pernah menagih janji
selain kita sendiri yang menciptanya
Lantas upacara pun dilaksanakan
Utang-utang dibayar dengan jari dan debar
Selanjutnya perjalanan. Langkah demi langkah
diayunkan menapaki tangga-tangga kalimat
persetubuhan menuju kiblat. Seakan tak ada lagi
kewajiban menghias jejak dan telapak tangan
adalah cermin bagi setiap nama dan kata
untuk diamini. Mari kita membuat kenangan di sini
sebelum musim beranjak pergi. Jadikan keringat
sebagai testamen dan ruang sakramen. Darah tetap darah
yang harus tetap dijaga kesuciannya kecuali air mata
yang tak pantas diabadikan di atas dada penuh bulu

(2009)

Tuesday, November 8, 2011

Uma #6

All the poet can do today is to warn. That is why the true Poets must be truthful.
Wilfred Owen (1893 - 1918)
British poet.
Poems, "Preface"

Uma #5

In nature there are neither rewards nor punishments—there are consequences.
Robert G. Ingersoll (1833 - 1899)
U.S. lawyer.
Some Reasons Why

Friday, November 4, 2011

Hidung (1)

Oleh: Nikolai Gogol
Pada tanggal dua puluh lima Maret sebuah peristiwa aneh terjadi di Saint Petersburg. Pagi itu, Tukang Cukur Ivan Yakovlevitch, seorang penduduk di Prosfek Voznesensky, bangun lebih awal dan mencium roti yang baru saja dipanggang. Ivan Yakovlevitch tidak lagi memiliki nama keluarga. Hingga, tak lagi tertera di papan namanya yang dengan tegas memperlihatkan potret seorang laki-laki dengan sabun di pipi dan kata-kata: "Juga, Darah Keturunan di Sini.“ Sedikit beranjak, ia merasa bahwa istrinya (seorang perempuan yang sangat terhormat dan suka sekali dengan kopi) tengah mengambil roti gulung dari oven.
"Prascovia Osipovna“ katanya, "tak apalah jika aku tak mendapat segelas kopi untuk sarapan, asalkan aku mendapat roti panas dan bawang,“ –kenyatannya, ia ingin mendapatkan keduanya. Tapi ia tahu percuma saja untuk memintanya dalam sekali waktu, sebagaimana Prascovia Osipovna tidak suka dengan muslihat seperti itu.
"Oh, Si Bodoh akan mendapatkan rotinya,“ pikir istrinya, "tentunya itu lebih baik untukku, seperti halnya aku akan mendapatkan lebih banyak lagi kopi.“
Ia pun melemparkan sebuah roti ke atas meja. 

Nikolai Vasilievich Gogol

Penulis Rusia yang lahir di Sorokinsti, Mirgorod, Provinsi Poltava, pada tanggal 20 Maret 1809 ini, dikenal lewat kemampuan berceritanya yang satir namun kocak. Kebanggaan nasionalisme yang hebat dan kekagumannya terhadap kehidupan masyarakat Kosak yang sederhana mendasari tema akan karya-karyanya. Hal ini terlihat dari pandangannya terhadap dehumanisasi manusia yang menurutnya telah rusak, kendati tetap mempertahankan lokalitas di setiap karyanya. Intensitasnya dalam menghadapi masalah tersebut membawanya ke dalam penjelajahan yang surealis dan absurd, seperti cerita berjudul Hidung (1836; Nos).
Tiga hal inilah yang membuat Gogol dinobatkan sebagai sastrawan besar Rusia dikarena orisinalitas karya-karyanya. Kesuksesannya diawali dengan karya yang berjudul Vechera na khutore blis Dikanki (1831; Suatu Malam di Ladang Dekat Dikanka) yang dilandasi dari konflik Barat dan Slavia generasi tua, yang kebetulan diceritakan oleh ibunya dan orang-orang sekitar. Kumpulan cerita lainnya adalah Mirgorod (1835), Shinel (1842; Mantel) serta dua buah karya masterpiece-nya, yakni Mertvye Dushi (1842; Jiwa-Jiwa Mati), dan Revizor (1836: Inspektur Jenderal). Karena karya-karyanya yang luar biasa ini kedudukannya sejajar dengan sastrawan besar Rusia lainnya seperti Leo Tolstoy, Ivan Turgenev, Fyodor Dostoyevksy dan Alexander Pushkin.
Simak ceritanya yang berjudul “Hidung” di Blog Saswaloka ini. Berikut adalah sinopsisnya:
Asesor Kolega Kovalev bangun suatu pagi dan menemukan bahwa hidungnya telah hilang. Pada saat yang sama di tempat lain di St. Petersburg, Si Tukang Cukur Ivan Yakovlevitch menemukan hidung dalam sarapan rotinya. Bagaimanapun, Si Tukang Cukur, dengan maksud untuk melepaskan diri dari peristiwa aneh itu, berusaha untuk melempar hidung itu ke sungai Neva. Tak lama kemudian, Kovelev kebetulan saja melihat hidungnya mengenderai kereta kuda dan mengenakan seragam Konselor Negara (pangkat yang lebih tinggi dari pada Asesor Kolega). Ia menuntut agar hidung itu menyerahkan diri, sayangnya hidung itu menampik dengan kasar.
Awalnya baik polisi maupun surat kabar tidak mau membantu, tapi kemudian petugas polisi, yang kebetulan memerhatikan seorang tukang cukur melemparkan sesuatu ke sungai, mengembalikan hidung yang hilang itu pada Kovalev. Akan tetapi, masalah lain pun muncul. Bagaimana ia bisa menempelkan hidung itu kembali ke wajahnya? Untuk itu ia berkonsultasi pada seorang dokter, yang menyarankan agar membiarkannya secara alami, “baiknya kau seperti apa adanya sekarang, jika tidak kau akan membuatnya lebih buruk.” Malangnya Kovalev tak berhidung!
Bagaimana nasib Kovalev selanjutnya?