Wednesday, March 21, 2018

Belajar Bahasa Jepang Bersama Kokoro No Tomo (Mayumi Istuwa)

Siapa yang ga kenal Kokoro No Tomo-nya Mayumi Itsuwa? Di era 80-an lagu ini sempat populer di Indonesia, sekalipun di negeri asalnya tidak, kecuali mereka yang seangkatan dengan Sang Vokalis. Kepopuleran ini menjadi fenomena di negeri kita karena ternyata hampir semua generasi hafal dengan lagu yang awalnya sering sekali diputar di radio di seluruh Nusantara. Bahkan tidak sedikit musisi kita yang mengcover lagu ini, tidak terkecuali Delon Idol dan Zivilia Band beberapa waktu lalu.

Nah, sambil mengenang kembali lagu abadi yang satu ini, postingan kali ini akan menampilkan lirik lagu tersebut yang sengaja ditulis menggunakan huruf negeri Sakura (Hiragana, Kanji dan Furigana-nya). Sekalian agar kita bisa belajar bahasa Jepang tetap dengan cara yang menyenangkan. Tidak lupa video yang diambil di channel Youtube pun disematkan di bawah postingan ini. Ga menarik kan kalau hanya membaca/menyanyikan lirik kalau tidak ada iringan musiknya? 

Saturday, March 17, 2018

Belajar Bahasa Jepang Lewat Cerita (Kintarou & Momotarou)

やさしい 日本語
HAJIMEMASHITE!

Anime bisa jadi awal pertama orang berkenalan dengan bahasa Jepang, terutama soundtrack-nya. Doraemon, One Piece bahkan Naruto, adalah beberapa anime yang bisa dengan mudah ditonton di tipi yang sedikit banyak membuat penontonnya ingin juga belajar bahasa Jepang. Menurut saya pribadi, Jepang memang tidak ada matinya, mulai dari budaya lokal bahkan teknologi. Mereka membuktikan bahwa majunya sebuah bangsa tidak hanya jago dalam membuat atau menciptakan tapi juga merawat, melestarikan dan mengembangkannya. Terbukti, Jepang menjadi barometer dunia dalam banyak hal, tidak hanya melulu soal teknologi, tapi juga informasi, fashion, musik, dan banyak lagi.

Harga Sebuah Nilai Kecil


solopracticeuniversity.com
Bayangkan sebuah film dengan plot sederhana, dengan permasalahan yang telah menjadi sangat biasa bisa dihadapi siapa saja di kehidupan nyata.

Tokoh-tokohnya membicarakan hal keseharian tanpa pretensi apa lagi dramatisasi. Tak ada tawa paling bahak atau tangis paling bengis. Tak ada yang terluka dan dilukai terlebih menderita atau dibuat sengsara. Tak pula ada konflik yang njelimet atau adegan yang mengantar perenungan mendalam dialami tokoh-tokohnya.

Tokoh-tokoh yang menerima kenyataan sebagai kenyataan. Apa adanya. Bahkan di akhir film, tak ada perubahan nasib yang terjadi pada mereka. Semua berjalan biasa-biasa saja. Seperti matahari yang terbit di pagi hari dan terbenam ketika senja tiba, dan semua orang mengganggapnya sebagai hal yang biasa.

Wednesday, March 14, 2018

Segudang Permasalahan Menerbitkan Buku (2)

literary-agents.com
Pada bagian pertama tulisan telah digambarkan beberapa macam cara menerbitkan sebuah buku. Untuk mengafirmasi cara tersebut, bagian kedua ini akan menjelaskannya lebih lanjut. Tapi sebelumnya, barangkali ada baiknya untuk menjawab pertanyaan ini lebih dulu: Pertama, mengapa seorang harus menerbitkan buku? Kedua, mengapa menerbitkan buku harus lewat penerbit? Silakan simpan jawaban Anda. Selanjutnya, saya akan berbicara soal hal-hal lain yang belum sempat saya jelaskan di bagian pertama.

Pertama, menerbitkan buku secara self-publishing. Cara yang satu ini sebenarnya terbilang ekstrem. Mengapa? Karena tak pernah sepanjang sejarah ada manusia yang menuliskan dan menerbitkan pemikirannya dalam bentuk buku sendirian. Pasalnya terlebih buku, kitab suci pun tak pernah ditulis langsung oleh nabi, meski demikian hal ini jelas tidak bisa dijadikan perbandingan. Cara swadaya seperti ini saya sebut dengan istilah (maaf) "onani". Seperti yang dijelaskan di bagian pertama bahwa hanya dengan bermodal uang sendiri seseorang bisa menerbitkan bukunya sendiri. Suka-suka. Anda ketik naskah Anda, lalu membawanya ke percetakan yang akan membuatkan plat bagi lembar demi lembar naskah Anda lantas mencetaknya dalam jumlah yang besar. Mengusahakan ISBN untuk buku Anda ini ke Perpusnas RI tentu akan lebih baik. (Sayangnya, pemberian ISBN buku zaman now hanya bisa dilakukan oleh penerbit, tidak bisa perseorangan. Akan tetapi ini bisa terjawab jika Anda menggunakan sistem Pod). Dengan cara ini Anda akan mengetahui dari awal sampai akhir proses penerbitan buku Anda.

Thursday, March 1, 2018

Pelayanan, Masih Jadi Nomor Wahid Masalah Bisnis

theservicecoach.com
Sebelumnya, izinkan saya ingin menggunakan kata saya, dan saya menulis ini di blog. Biar hidup. Biarlah Facebook punya bagiannya sendiri, juga akun lain seperti IG, dan media sosial yang udah ga keitung lagi jumlahnya. Faktanya, terlalu banyak menggunakan medsos ternyata cukup bikin ribet juga. Apa lagi kalau bicara bisnis pake aplikasi belanja online. Nguras energi dan waktu. Alih-alih produktif dan fokus, ini malah sibuk hilir mudik buka tutup aplikasi. Waktu juga yang menjawab. Facebook masih bertahan; orang-orang pindah ke IG dan Twitter ditinggalkan. Sedang blog, ah, jangan tanya ada berapa ratus atau mungkin ribu yang pake media satu ini di negeri yang gemah ripah loh jenawi ini. Lha wong, masyarakt Indonesia itu lebih suka yang pendek-pendek,cepat-cepat dan instan-instan. Sedang ngurus blog itu butuh kesabaran tingkat dewa Zewa dari tatanan 14 kuil yang harus dilewari Saint Seiya. Mangkanya harus telaten. Satu lagi masalah adalah penyakit bisa membuat atau memulai tapi tidak bisa mengurus dan menyelesaikan. Sebab ini yang bikin kita ga pernah bisa jadi apa-apa. Terlalu banyak memilih dan terlalu banyak pindah-pindah channel. Maka dari itu, setialah pada channel pilihan Anda. Cukup satu tapi komit dan konsisten. Susah memang, karena saya pun sempat seperti itu. Tapi saya coba usahakan untuk bisa menjalani ini semua. 

Pengantar yang sangat panjang. Tapi ya sudahlah, saya bakal masuk ke inti tulisan ini sekarang.