Saturday, March 16, 2013

Dari Chaos Theory Sampai ke Free Will dan Determinis


Ketika sesuatu mendapatkan eksistensinya, maka seketika itu ia mendapatkan kefanaannya.” 

Seandainya ada di muka bumi ini yang hidup secara mandiri (tunggal). Akan tetapi kita tahu bahwa semua yang ada di dunia selalu berpasang-pasangan. Selalu ada oposisi biner itu. Ada sakit ada sehat, ada tua ada muda, ada miskin ada kaya, ada ghaib ada dzahir. Maka, ada free will dan ada determinism.  Setiap sesuatu eksis maka serta merta dia akan memiliki nasib yang bertentangan dengan eksistensinya itu.
Islam mengakui free will untuk apa pun yang ada di dunia. Akan tetapi Islam juga menyakini determinis. Kenyataannya, manusia sudah memiliki jalan hidupnya sendiri. Tentang kapan dia lahir sampai dia mati, seperti apa jalan hidupnya, semuanya itu sudah ditentukan dalam lauhl mahfuz yang nyata. Akan tetapi, manusia juga diberikan kekuasaan yang besar untuk menentukan nasibnya sebagaimana pernyataan kitab suci Al-Qur’an bahwa sesungguhnya Tuhan tidak mengubah nasib manusia jika dia tidak mengubahnya.
Kenyataan ini pada akhirnya memunculkan persfektif jika Islam itu liberal atau moderat (?) Islam berperilaku free will dan determinis kepada manusia. Pertanyaannya adalah: Bilamanakah manusia bisa berdiri di satu posisi saja: free will atau  determinis? Andai saja kita bisa menawar. Sayangnya, hal ini akan kembali pada kenyataan seperti yang diungkapkan di kalimat pertama tulisan ini. Bahwa, ketika sesuatu mendapatkan eksistensinya, maka seketika itu ia mendapatkan kenyataan yang bertolak belakang dengannya. Dengan kata lain, kita tidak bisa berdiri di satu posisi. Karena sungguh pun hal itu tidak mungkin. Setiap kanan selalu memiliki kiri, setiap hitam selalu memiliki putih. Maka setiap “ada” pasti selalu memiliki “fana”.
Sekiranya kita tidak ingin memiliki pertentangan akan sebuah eksistensi, maka jangan eksis. Jangan ada, jangan mencipta, jangan berkarya, jangan “hidup” sehingga pada akhirnya sesuatu itu “mati”. Ketika sesatu lahir –seperti sebuah puisi atau cerpen yang ditulis oleh seorang pengarang—maka sesuatu itu akan mati. [FA]
          
*) Sebuah catatan setelah menonton film Butterflly Effect.
Aku tidak membutuhkan sesuatu yang menyatakan eksistensiku.” (Evan)

2 comments:

  1. Excellent goods from you, man. I've keep in mind your stuff previous
    to and you are simply extremely fantastic. I really like what you've bought here, really
    like what you are saying and the way in which
    during which you are saying it. You are making it enjoyable
    and you still take care of to keep it wise. I can not wait to read much more from you.

    That is actually a terrific web site.

    Here is my web page: kitchen fitter

    ReplyDelete
  2. Thnks, Bro. Nice to you have you here.

    ReplyDelete