Monday, November 14, 2011

Hidung (3)


Oleh: Nikolai Gogol
Lelucon benar-benar ada di muka bumi dan kadang-kadang ia muncul sama sekali tanpa dasar kemungkinan yang pasti. Demikianlah, hidung yang akhir-akhir ini hilang sebagai Konselor Negara, dan berjalan-jalan di sepenjuru kota, tiba-tiba saja menempati kembali tempatnya semula (di antara kedua pipi Mayor Kovalev) seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. Hari itu tanggal 7 April dimana paginya Mayor terbangun seperti biasa, dan, seperti biasa pula, ia melemparkan sekilas tatapan keputus-asaannya kepada cermin, untuk saat ini ia terdiam, apa? –mengapa, hidung lagi! Dengan segera ia memegangnya. Ya, hidung, benar-benar hidung! "Aha!" teriaknya. Dalam kegembiraannya, ia memeriksa sekeliling kamar dengan dengan telanjang kaki dan tidak membiarkan Ivan tiba-tiba masuk untuk memeriksanya. Lalu ia sendiri menyiapkan peralatan untuk mencuci, mencuci hidung itu, dan melihat lagi ke cermin. Oh, hidung itu masih ada di sana! Lantas selanjunya ia menggosoknya menggunakan handuk dengan semangat. Ah, masih ada di sana, sama seperti dulu!


"Lihat, Ivan," katanya. "Masihkah ada jerawat di hidungku?" Tapi untuk sementara ia berpikir: "Bagaimana jika ia ternyata menjawab: Anda salah, Tuan. Bukan hanya di sana tidak ada jerawat yang tampak, tapi juga tidak ada hidungnya."
Tapi, yang Ivan katakan adalah:
"Bukan jerawat, Tuan, bukan. Hidung itu lebih dari bersih."
"Bagus!" Mayor bercermin, dan mencubit jarinya. Pada saat yang sama, Tukang Cukur Ivan Yakovlevitch mengintip di balik pintu. Ia melakukannya dengan takut seperti seekor kucing yang baru saja dicambuk karena mencuri susu.
"Katakan dulu apakah tanganmu bersih?" teriak Mayor.
"Ya, bersih Tuan."
"Kau bohong, aku akan mengikatnya."
"Demi Tuhan, Tuan, saya tidak bohong!"
"Kalau begitu hati-hati."
Sesaat setelah Kovalev duduk, Ivan Yakovlevitch memberinya alas kain, dan  melapisi dagunya serta bagian pipinya menggunakan sabun dengan kuas sampai terlihat seperti kudis pucat yang disajikan di hari jualan.
"Ah, kau!" Di sini Ivan Yakovlevitch melihat sekilas hidung itu. Lalu ia merundukkan kepalanya miring, dan merenungkan hidung itu dari tempatnya berasal. "Tampak baik-baik saja," akhirnya ia berkomentar, tapi memandang anggota tubuh itu cukup lama sebelum dengan hati-hati, dengan sangat lembut melebihi imajinasi, ia mengangkatkan dua jari ke arahnya, dengan maksud memegang ujungnya –yang demikian itu selalu menjadi prosedurnya.
"Ayo, ayo!" Lakukan saja! Kovalev menyuruh. Ivan Yakovlevitch membiarkan mengapitkan tangannya, dan berdiri dengan bingung dan cemas, seolah ia belum pernah melakukannya. Tapi akhirnya ia mulai mengerokkan pisau cukurnya dengan enteng di bawah dagu, dan berusaha. Meski ketangkasan dan kesukaran mencukur bagian itu tanpa memegang organ penciumannya tetap diusahakan, tapi dengan bantuan jempolnya yang kokoh dilekatkan di pipinya dan di gusi bawah, untuk mengatasi semua hambatan, akhirnya selesailah cukurannya.
Semuanya sudah siap, Kovalev berpakaian, memanggil kereta kuda, dan pergi ke restoran. Belum sampai ia melintas ambang pintu hingga akhirnya berteriak: "Pelayan! Satu cangkir cokelat!“ Kemudian ia mencari cermin, dan melihat dirinya sendiri. Hidungnya masih tetap di tempatnya! Ia berbalik dengan perasaan riang, dan, dengan malam sedikit redup, dianugerahi keberanian, mengamati dengan sindiran terhadap dua orang militer, yang salah satu hidungnya di antara mereka tidaklah lebih besar dari pada kancing mantel. Selanjutnya, ia mencari arsip umum sebuah depertemen yang mana ia  berusaha untuk memperoleh jabatan Wakil Gubernur (atau, kalau gagal, seorang Administrator), dan, selagi melewati ruang depan resepsi, ia kembali mengamati dirinya di cermin. Sepantas hidung itu sebagaimana ada pada tempatnya!     
Kemudian, ia pergi menghubungi saudara Asesor Kolega, saudara "Mayor." Koleganya ini adalah seorang penyindir, tapi Kovalev selalu mendapatkan percekcokkan dengan perkataannya: "Ah, kau! Aku tahu kau, dan tahu betapa lucunya kau."
Selagi berjalan ke sana kemari ia berkata:
"Setidaknya, jika Mayor tidak tertawa di saat melihatku, aku harus tahu bahwa semua berada pada tempatnya lagi."
Dan memang demikian adanya sekarang, karena koleganya berkata tidak ada masalah apa-apa.
"Mengagumkan, sialan!“ Kovalev membatin.
Di jalan, ketika meninggalkan koleganya, ia bertemu Nyonya Podtochina bersama putrinya. Membungkuk kepada mereka, ia disambut dengan seruan kegembiraan. Jelas semuanya telah menjadi sangat indah, tidak ada kesalahan yang sudah dilakukan. Jadi, tidak saja ia berbicara lama dengan nyonya itu, tapi juga ia benar-benar perhatian, sebagaimana yang ia lakukan, untuk mengeluarkan kotak tembakaunya, dan dengan hati-hati menyumbat kedua lubang hidungnya. Sementara itu ia berkata:
"Di sana, nyonya-nyonya yang baik! Di sana, dasar sepasang ayam bertina! Bagaimanapun, saya tidak akan menikahi putri Anda. Sudah berakhir semuanya –par amour, mari.“
Sejak saat itu dan seterusnya Mayor Kovalev keluyuran sebagaimana biasanya. Ia berjalan-jalan di Prosfek Nevski, mengunjungi teater, dan mempertunjukkan dirinya di mana-mana. Dan, selalu hidungnya menemaninya seperti sedia kala, dan memperlihatkan dengan jelas bahwa bahwa tidak ada lagi tanda-tanda untuk hilang. Keadaannya yang sangat menyenangkan, penuh dengan senyum, pengejarannya terhadap wanita cantik adalah satu-satunya tujuan. Sekali waktu, sudah direncanakan, bahkan ia berhenti di depan kasir Gustiny Dvor untuk membeli pita. Tidak diketahui dengan jelas mengapa ia melakukannya, karena di luar itu ia adalah seorang bangsawan.
Kejadian semacam ini terjadi di seantero ibu kota bagian utara kerajaan kita! Belum lagi opini umum menentukan bahwa kejadian itu terlalu mustahil. Tak mempertanyakan tentang keganjilan hidung, kehilangan yang tak alami, dan sesudah itu penampakannya sebagai Konselor Negara, adalah hal yang Kovalev tidak mengerti bahwa seseorang seharusnya tidak mengiklankan tentang hidung lewat surat kabar. Saya berkata demikian bukan karena saya menganggap bahwa surat kabar bertanggung jawab atas pemberitaan yang berlebihan. Bukan, itu bukan apa-apa, dan saya tidaklah termasuk ke dalam orang-orang semacam itu. Saya berkata demikian karena hasilnya akan menjadi sangat canggung, hina, bukan pada bendanya. Dan bagaimana bisa hidung itu berada di panggangan roti? Dan bagaiman pula dengan Ivan Yakovlevitch? Oh, saya tidak bisa memahami hal-hal ini –sama sekali tidak bisa. Dan yang lebih aneh lagi, kenyataan yang tidak bisa dipahami adalah, bisa-bisanya pengarang memilih peristiwa seperti ini untuk tulisannya! Saya juga mengakui ini jauh dari pemahaman saya. Tapi tidak; saya hanya akan berkata bahwa saya tidak bisa memahaminya. Pada awalnya, masalah semacam ini tidak akan menguntungkan negara. Dan yang kedua, soal semacam ini  tidak bisa menguntungkan apa-apa. Saya tidak bisa memprediksikan manfaatnya.   
Dan lagi, bahkan untuk memikirkan hal-hal semacam ini, begitu juga untuk mengakuinya dan yang lain sebagainya, bahwa  selau ada sesuatu di balik peristiwa. Karena, di manakah yang tidak ada keganjilan ditemukan sepanjang waktu? Karenanya, tidak masalah apa yang mereka katakan sebaliknya, peristiwa seperti itu benar-benar terjadi di dunia ini –jarang memang, tapi tidak berarti tidak sama sekali.[]

(The End)

Diterjemahkan oleh Firman Nugraha dari cerita berjudul "Hidung" karya Nikolai Gogol.

No comments:

Post a Comment