Saturday, February 25, 2012

Sungai Depan Rumah

MENDERAS by FA
Kembali, Ibu-ibu mencuci di kali. Sayangnya tidak di tengah, tapi di tepi. Hari ini aliran sungai tampak besar setelah sore hingga malam kemarin sungai mendadak meluap sampai ke permukaan. Entah hujan seperti apa yang turun di hulu, sungai di depan rumah mendadak menjadi makhluk yang mengerikan yang bisa menghancurkan apa saja tanpa ampun. Pagi ini barangkali sungai mengalir tak sederas semalam, tapi debitnya tak lantas hilang menghantarkan suaranya hingga beberapa meter jauhnya. Bahkan, aku masih bisa mendengarkan suara deras itu mengalir di kamar ini. Tak seperti biasanya, kali ini sungai benar-benar menyapu segalanya: ranting-ranting bahkan sampah yang biasa masyarakat sekitir sini buang di tepi.
Pagi ini, aku melihat ibu-ibu yang biasa mencuci di pinggir kali, tampak kesulitan. Bagaimana mungkin mereka biasa mencuci dengan kondisi seperti itu? Alih-alih menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat, bukan tak mungkin pakaian yang mereka cuci pun ikut mengalir dengan derasnya air.
Sungguh kekuatan alam yang bukan mainan. Petaka bisa saja menimpa siapa saja jika ia sudah memperlihatkan wujudnya. Percis ketika suatu hari aku melihat air sungai menggenangi sebuah rumah di kampung halamanku. Rumah itu total terendam air sungai yang meluap di depan rumahnya.
Di kesempatan yang lain, aku juga pernah menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri bagaimana Sungai Cikaobandung yang membawa air dari bendungan Jatiluhur merendam lebih dari empat desa di kecamatan yang sama. Seluruh harta benda milik warga total tersaput genangan air bah itu. Ikan-ikan di kolam habis entah ke mana, ternak, padi yang baru saja ditanam, semuanya tak bersisa kecuali atap-atap rumah yang masih terlihat di permukaan air.
Malah ketika kecil aku sempat juga mendengar seorang anak kecil di sekitar rumahku hanyut di bawa air sungai. Nenek Si Anak merasa kehilangan ketika cucunya itu tak juga pulang padahal hari sudah malam. Tahu-tahu, keesokan harinya, tubuhnya sudah ditemukan mengambang di hilir Sungai Babakancikao.
Jadi, sungguh, kekuatan alam yang bisa mengakibatkan bencana bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Katastropi ini tak punya ampun ketika sudah beraksi.  Sore hari kemarin, ketika aku dengan sengaja menyaksikan deras air menghantam dinding-dinding pembatas dan batu-batu besar yang berada di tengah sungai, aku berpikir, bagaimana jika suatu hari nanti aliran sungai itu sampai ke rumahku, menghancurkan dinding pembatas dan menenggelemkan aku? Bakal seperti apa aku nanti? Apa yang harus aku lakukan untuk menyelamatkan diri? Apa yang bakal aku selamatkan? Apakah ada barang-barang yang aku punya masih bisa kuselamatkan, atau hanya tubuhku ini saja yang siap-siap untuk lari dan mengungsi di saat sungai sudah benar-benar mengamuk, meluluh-lantakkan semuanya?
Sungguh, aku tak punya kuasa, tak punya daya. Hanya dengan memasrahkan segalanya pada-Nya aku bisa.

Subang, 21 Februari 2012

No comments:

Post a Comment