Entah akan kau
bawa lagi ke mana aku. Jujur, aku sudah lelah. Baru saja kau bawa aku lari ke
tempat kerjamu, membayangkan orang-orang dengan pikirannya yang sakit
sebagaimana kau membayangkan jawaban apa yang akan kau berikan untuk pertanyaan
yang akan mereka tanyakan, kau sudah membawaku lagi terbang ke rumah di lembah
itu. Rumah yang kau anggap akan menjadi jawaban terbaik untuk menyelesaikan
permasalahanmu mengenai jarak, akses, atau apalah namanya.
Barangkali
karena aku tidur terlalu lama hingga tiba-tiba saja kau bangunkan aku dan—bukan
sebuah prestasi yang bisa dibanggakan—hanya dalam hitungan detik kau sudah
menyuruhku berlari. Kau hantam aku bertubi-tubi dengan segala macam hipotesis,
angan-angan ini-itu, dan segala bayangan yang kau sendiri belum tahu bakal
seperti apa jadinya. Seandainya saat itu kau tak membawaku menemui Si Tua yang
bercerita tentang sumur berhantu dan tentang bagaimana dia hidup di zaman
penjajahan seraya kau membenahi barang-barangmu, mungkin aku takkan selamat.
Mungkin aku sudah sekarat.