Oleh: Nikolai Gogol
ASESOR Kolega Kovalev juga bangun lebih awal pagi itu. Ia membuat "Br-r-rh!" menggunakan bibirnya yang selalu saja ia lakukan ketika ia bangun–ia sendiri tidak tahu mengapa. Lalu ia pun menggeliat, meraih kaca kecil di atas meja tak jauh darinya, dan membenahi diri untuk memeriksa jerawat yang telah pecah di hidungnya semalam. Tetapi, heran tak dinyana baginya, hanya ada sebidang yang rata di wajah tempat di mana hidung mestinya berada! Dengan gusar ia mengambil air, mencuci dan menggosok matanya menggunakan handuk. Benar, hidungnya benar-benar hilang! Ia menekan tempat itu dengan tangannya –mencubit dirinya sendiri untuk meyakinkan bahwa ia tidak sedang tidur. Tapi tidak: ia tidak sedang tidur. Kemudian ia melompat dari tempat tidur dan menggeleng. Tak ada hidung! Akhirnya ia mengenakan bajunya dan dengan segera berangkat ke kantor Komisaris Polisi.
Akan saya tambahkan sesuatu yang mungkin pembaca dapat rasakan seperti apa yang Asesor Kolega rasakan. Tentunya, hal ini tanpa ada maksud berkata bahwa Asesor Kolega yang mendapatkan gelar dengan bantuan diploma akademik, tidak bisa dibandingkan dengan asesor kolega yang mendapatkan gelarnya melalui jasa layanan di Kaukasus. Keduanya ini secara keseluruhan berbeda, walau bagaimanapun hal itu ada. Rusia adalah negeri yang sangat aneh yang membiarkan seseorang berkata apa pun tentang ke-asesor-kolega-an seseorang dan yang berhubungan dengannya, dari Riga sampai Kamchatka, dalam sekali waktu menggunakan ucapan untuk dirinya sendiri –semua gelar dan kedudukan adalah hal yang sama saja. Sekarang, Kovalev adalah seorang Asesor Kolega Kaukasus dan telah, juga masih, menyandang gelarnya itu selama dua tahun. Oleh karena itu, tanpa bisa dilupakannya, ia mencari lebih martabat dan bobot dengan memanggil dirinya sendiri “Mayor", selain "Asesor Kolega".
"Mari sini, wanita yang baik," suatu waktu ia berkata pada penjual kemeja keliling yang ditemuinya di jalan, "datang dan temui saya di rumah. Apartemen saya berada di Jalan Sadovaia. Tanyakan saja, 'Di manakah Mayor Kovalev tinggal?' siapapun akan menunjukkannya padamu." Atau, di pertemuan mode nyonya-nyonya, ia akan berkata: "Nyonya yang terhormat, tanyakanlah tentang apartemen Kovalev." Maka kami juga akan menyebut "Mayor" Asesor Kolega.
Mayor Kovalev tengah dalam kebiasaan berjalan-jalan di Prosfek Nevsky setiap harinya dengan mengenakan kemeja kerah berkanji yang sangat rapi, dan dengan jambangnya yang pendek agar diperhatikan sebagai seorang menteri daerah, arsitek, dokter resimen, pejabat tinggi, dan lainnya, pun dengan semua pria yang berpatroli, berpipi merah, dan bermain 'Boston' dengan baik. Jambang seperti itu dengan percis membentang di tengah pipi –lalu lurus ke bagian depan hidung. Dan lagi, Mayor Kovalev selalu membawa sejumlah tanda yang terukir di lengan mantelnya, dan tandanya itu bertuliskan "Rabu", "Kamis", "Senin" dan lainnya. Akhirnya, Mayor Kovalev harus tinggal di St. Petersburg karena sebuah keperluan. Sebut saja, ia harus tinggal di St. Petersburg karena ia berharap bisa memperoleh jabatan yang sesuai dengan gelarnya yang baru –entah wakil gubernur atau, kalaupun ini tidak berhasil, seorang administrator di Departemen Utama. Mayor Kovalev sama sekali tidak berancana untuk menikah. Ia hanya menghendaki jika pengantin perempuannya memiliki tidak kurang dari dua ratus ribu rubel sebagai modal. Oleh karenanya, para pembaca sekarang dapat membayangkan bagaimana watak Mayor ketika ia mengetahui bahwa sebagai ganti tidak memiliki hidung, wajahnya juga sangat kasar, licin, dan seragam.
Ia beruntung mengetahui bahwa pagi itu bukan kereta yang tampak di sepanjang jalan. Jadi, sambil membungkuk di balik mantelnya dan menutup wajahnya dengan sapu tangan (untuk membuatnya terlihat seakan-akan hidungnya berdarah), ia harus memulai harinya dengan berjalan.
"Apa mungkin ini hanya imajinasi saja?" pikirnya. Dengan segera ia menepi ke arah restoran (agar sekali lagi dapat melihat sekilas dirinya pada kaca). "Hidung ini tidak mungkin hilang dengan sendirinya akibat ketololan belaka.
Untungnya, tidak ada pelanggan di restoran itu. Hanya beberapa orang pelayan saja yang tengah menyapu ruangan dan mengatur kursi dan lainnya, terus seseorang dengan mata mengantuk tengah mengatur nampan kue-kue kering. Di atas kursi dan meja, koran semalam dan noda-noda kopi berserakan.
"Syukurlah tidak ada orang di sini!“ pikir Mayor itu. "Sekarang saya bisa melihat diri saya lagi.“
Dalam ragu bercampur ketakutan ia mendekati cermin, dan ia pun mengintip. Lalu meludah.
"Hanya setan yang tahu apa arti keburukan ini!" ia menggerutu. "Jika saja ada sesuatu yang bisa menggantikan letak hidung itu! Akan tetapi, kenyataannya, tidak ada sesuatu pun di sana."
Ia menampar bibirnya dengan kesal, dan dengan tergesa keluar dari restoran. Tidak; sebelum pergi, ia harus melihatnya sekali lagi, dan tersenyum sendiri. Kemudian ia berhenti seolah terpancang ke bumi. Di depan gerbang mansion, ia melihat peristiwa muncul yang tidak bisa dijelaskan sama sekali. Di depan mansion itu, berhenti sebuah kereta kuda. Pintu kereta itu terbuka, lantas seorang pria yang tidak dikenalnya, melompat, membungkuk kemudian lari menuju tangga dan masuk ke rumah besar itu, dan menghilang. Dan, oh, kengerian serta keheranan Kovalev merasa bahwa orang itu tak lain dan tak bukan adalah hidungnya! Kacamata yang tidak dikenakannya membuat semua itu tak tertangkap mata. Untuk beberapa saat, ia hampir tidak bisa berdiri. Lalu memutuskan, bahwa bagaimanapun caranya, ia harus menunggu orang itu kembali ke keretanya, dan ia tetap berada di tempatnya dengan tubuh bergetar seolah-olah demam. Tentunya, Hidung itu kembali dua menit kemudian. Hidung itu berpakaian dengan pita emas, berseragam kerah tinggi, bercelana kulit rusa dan topi berlencana. Menggantung di samping tubuhnya sebuah pedang, dan dari topi berlencana itu, dapat dipastikan bahwa Hidung itu adalah seorang anggota dewan. Sekarang tampaknya ia akan mengunjungi suatu tempat. Dalam peristiwa itu, ia melihat seklias dan, seraya berteriak pada kusir, "Ayo jalan," memasuki kereta lantas melaju.
Kovalev yang malang hampir merasa gila. Peristiwa yang mengejutkan itu hilang darinya. Bagaimana bisa hidung yang asalnya berada di wajahnya itu kemarin, yang bahkan tidak bisa berkendara dan berjalan sendiri, sekarang pergi dengan seragam ke sana kemari? Ia mengejar kereta itu yang, untungnya, belum pergi jauh, dan dengan segera berhenti di depan Gostiny Dvor.
Kovalev juga buru-buru ke sana, mendorong barisan pengemis perempuan tua dengan wajah yang berbalut dan celah mata yang seringkali mencemooh, lantas masuk. Hanya beberapa pelanggan saja yang nampak, tetapi Kovalev merasa sangat marah hingga untuk beberapa saat ia tidak bisa memperhatikan gerak-gerik dan mengamati setiap sudut atas pengejaran pria itu. Akhirnya ia melihatnya lagi, berdiri di depan kasir, dan dengan wajah tersembunyi di balik kerah tinggi seragamnya, tengah memeriksa barang dengan asik.
"Jika seperti itu, bagaimana saya bisa mendekatinya?" pikirnya.
"Semua tentangnya, seragam, topi, dan yang lainnya, tampak memperlihatkan bahwa ia seorang Konselor Negara. Sekarang, hanya setan yang tahu apa yang harus dilakukan!"
Ia mulai batuk di sekitar Hidung, tapi Hidung itu tak berubah posisi sedikitpun.
"Salam Tuan," Kovalev berkata dengan jarak tertentu, memaksakan dirinya untuk berani, "salam, Tuan, saya...."
"Apa yang Anda mau?" Hidung itu tidak berbalik.
"Salam Tuan, saya sedang dalam kesusahan. Tapi entah bagaimana, saya pikir, saya pikir bahwa—ya, saya pikir Anda harus tahu tempat yang lebih pantas bagi Anda. Dalam satu waktu, Anda tahu, saya menemukan Anda –entah dimana? Apakah Anda tidak merasakan hal yang sama seperti saya?"
"Maaf, tapi saya tidak mengerti maksud Anda. Tolong Anda jelaskan."
"Ya, tapi bagaimana saya harus mengatakannya?“ Kovalev bertanya pada dirinya sendiri. Dan, sambil memberanikan diri ia pun melanjutkan:
"Saya, Anda tahu –begini, kenyataanya, Anda tahu. Saya adalah seorang Mayor. Karenanya, Anda akan menyadari betapa tidak pantasnya bagi saya untuk berjalan tanpa hidung. Tentunya, seorang penjaja jeruk di jembatan Vozkresensky bisa duduk dengan nyaman di sana tanpa hidung, tetapi saya sendiri berharap bisa dengan segera mendapatkan.... Hm, ya. Saya juga punya kenalan beberapa nyonya yang baik (Ny. Chektareva, istri Konselor Negara, misalnya). Dan, Anda dapat mempertimbangkan sendiri apa itu maksudnya. Tuan yang baik," Mayor Kovalev mengangkat bahunya, "saya tidak tahu apakah Anda sendiri (maafkan saya) menganggap hal semacam ini sama sekali sesuai dengan aturan tugas dan kehormatan. Tapi setidaknya Anda dapat memahami itu....“
"Saya tidak mengerti sama sekali,“ paksa Hidung itu. "Tolong jelaskan lebih jelas lagi."
"Tuan yang baik,“ Kovalev mulai menambahkan wibawanya, "orang yang tengah kehilangan yang mestinya dimengerti itu, adalah saya. Tapi setidaknya maksud tadi itu harusnya sudah jelas, kecuali Anda memintanya lagi. Hanya saja, Anda adalah hidung saya sendiri."
Hidung itu menghormati Mayor, dan mengerutkan keningnya sedikit.
"Tuanku yang terhormat, Anda keliru," jawabnya, "Saya adalah saya sendiri –yang terpisah sendirian. Dan, dalam hal apapun, tidak mungkin ada hubungan dekat antara kita, karena, melihat dari kancing seragam Anda yang tanggal, pekerjaan Anda itu ada di departemen lain selain saya.
Dan, Hidung itu pun berbalik.
Kovalev berdiri tercengang. Terlebih utnuk berbuat, untuk berpikir pun ia tak bisa berbuat apa.
Dengan segera kibasan pakaian seorang perempuan mulai terdengar. Ya, seorang perempuan yang agak tua dengan pakaian berhias renda, mendekat, dan bersamanya seorang gadis ramping mengenakan rok putih dengan rias hiasan yang indah terurai, dan di kepalanya topinya terang seperti kue kering. Di belakang mereka muncul seseorang berbadan tinggi berjambang lebat berkerah dua belas-lipatan, yang sekali-sekali membuka kotak tembakau.
Kovalev sedikit mendekat, menarik kerah kemejanya, meluruskan segelnya pada jam berantai emasnya, tersenyum, dan mengarahkan perhatian khususnya pada gadis ramping seraya, berayun bagai bunga di musim semi, terus menaikkan pundaknya dengan tangannya yang putih sampai jari-jari tangannya kelihatan. Dan, senyum Kovalev makin melebar saat mengintip ke bawah topi ia melihat batu pualam, mengitari dagu kecilnya, dan sebagian pipinya terbilas layaknya kuncup bunga mawar. Tapi, dengan seketika pikirannya itu hilang, karena tiba-tiba ia ingat bahwa ia tidak memiliki hidung, tapi tidak apa-apa. Maka, dengan air mata yang terpaksa ditariknya, ia berbalik untuk mengatakan pada pria berseragam bahwa ia, pria berseragam itu bukanlah Konselor Negara, melainkan hanya seorang penipu, bajingan, penjahat dan hidungnya sendiri. Tapi Hidung itu sudah hilang! Peristiwa sekejap itu telah mengantarnya untuk, mungkin, pengejaran yang lain.
Hal ini menyebabkan Kovalev sangat putus asa. Ia kembali ke mansion dan diam di serambi, dengan harapan bahwa, dengan mengamati orang-orang yang lalu lalang, barangkali ia bisa melihat sekali lagi Hidung itu muncul. Tetapi, meskipun ia ingat topi lencana Si Hidung dan seragam berpita emasnya, pada saat itu pula ia telah gagal untuk memerhatikan mantelnya, warna kudanya, barang-barang yang dibawanya, paras pesuruh yang duduk di belakang kuda, dan corak pakaian seragam pesuruh itu. Selain itu, banyak sekali barang bawaan yang dengan cepat turun naik di jalanan sampai-sampai tidak mungkin untuk memperhatikannya semua, dan sama halnya juga untuk menghentikan satu saja dari padanya. Sementara itu, ketika hari cukup baik dan cerah, prosfek berjejalan dengan para pejalan kaki –sebuah kerumunan nyonya-nyonya yang senantiasa berubah-ubah terus mengalir sepanjang jalan, dari Markas Besar Polisi sampai ke jembatan Anitchkin. Telihat ada Konselor Aulic, yang Kovalev kenal baik. Pria yang ia kenal selalu tertuju sebagai seorang "Kolonel-Letnan," dan khususnya pada saat penampakan yang lain. Dan ada Yaryzhkin, kepala toko, sampai senator, seorang karib yang selalu kalah di permainan "Boston" jam delapan. Dan terakhir, seorang "Mayor" seperti Kovalev, "Mayor" yang mirip dengan seorang asesor yang diperoleh lewat jasa Kaukasian, mulai memberi isyarat kepada Kovalev dengan jarinya.
"Semoga Setan mengutuknya! " gerutu Kovalev, "Hey, Kusir! Antar saya langsung ke Komisaris Polisi."
Tapi sesaat ketika ia masuk drozhki ia menambahkan:
"Tidak. Ke jalan Ivanovskaia saja.“
"Apakah Komisaris ada?“ tanyanya ketika melewati ambang pintu.
"Tidak ada," jawab penjaga pintu. "Ia baru saja pergi."
"Beruntungnya Anda!"
"Ya," penjaga itu berlalu. "Baru saja tadi ia berangkat. Jika saja Anda setengah menit lebih cepat, mungkin Anda bisa menemuinya di rumah.“
Masih terus memegang sapu tangan di wajahnya, Kovalev kembali ke kereta kuda dan berteriak dengan keras:
"Maju!"
"Tapi ke mana?" kusir itu bertanya.
"Oh, maju saja lurus!“
"Lurus? Tapi jalannya ini bercabang. Ke kanan atau ke kiri?"
Pertanyaan itu membuat Kovalev diam sejenak dan mengingat-ingat lagi. Dalam situasinya, ia mestinya mengambil cara untuk membuat surat permintaan ke Dewan Ketertiban –bukan karena Dewan terhubung langsung dengan polisi, akan tetapi disposisi untuk mengekseskusinya akan lebih cepat dibandingkan ke departemen yang lain. Mencari kepuasan dari departemen dimana Hidung itu telah menyatakan dirinya untuk mengabdi, akan menjadi sangat bodoh. Karena dari jawabannya itu, sudah jelas bahwa ia adalah individu yang tidak memegang peran penting dan, dalam kasus itu, mungkin ia bohong sebanyak ia sudah berbohong dengan menyatakan dirinya tidak pernah dihitung dalam kepemilikan perusahaan. Maka dari itu, Kovalev memutuskan untuk menemui Dewan Ketertiban. Akan tetapi, baru saja ia hendak berangkat ke sana, muncul dalam pikirannya bahwa penipu dan bangsat yang telah bersikap sangat memalukan selama pertemuan terakhir itu, bisa jadi sekarang pergi dari kota ini. Dan dalam hal itu, semua usaha pengejaran atasnya akan menjadi sia-sia, atau semua peristiwa tadi itu sudah cukup, semoga Tuhan melindungi kami sebulan penuh! Hingga pada akhirnya, seraya menyerahkannya pada bimbingan Tuhan, Mayor memutuskan pergi ke kantor surat kabar, dan mengumumkan deskripsi keberadaan Hidung itu dalam waktu yang tepat. Bahkan, setiap orang yang bertemu dengan pembolos sekolah dalam satu waktu, boleh jadi, bisa memberikan informasi mengenai tempat keberadaannya. Maka, ia tidak hanya menyuruh kusir itu ke kantor surat kabar; tapi, di dalam perjalanan ke sana, mendorongnya dari belakang dan berteriak: "Cepat kau bajingan! Cepat bangsat!" seraya tukang kusir itu menjawab: "Ya, barin," mengangguk, dan mengambil tali kekang kuda-berbulu seperti bulu anjing spanil.
Sesaat kereta berhenti, Kovalev pun berlari, terengah-engah, dan masuk ke kantor-resepsi kecil. Di sana, duduk di kursi seorang pegawai berambut abu-abu dengan jaket tua mengenakan kacamata, pulpen tersempil di bibirnya sambil menghitung jumlah penerimaan dalam kuali tembaga.
"Siapa di sini yang memegang soal iklan?" seru Kovalev seraya masuk. "Aah! Selamat siang semuanya."
"Salam dari saya," jawab pegawai itu, mengangkat tatapannya seketika, dan lantas menurunkannya lagi ke arah tumpukan kuali tembaga yang berserakan.
"Saya ingin Anda menerbitkan...."
"Maaf –tunggu sebentar." Dan pegawai itu dengan satu tangannya mengerjakan sejumlah koran, dan dengan tangannya yang lain menggeser cap berita. Berdiri di sampingnya dengan sebuah iklan di tangannya, seorang pelayan dengan jas berenda, dan terlihat cukup pintar untuk bekerja di sebuah mansion aristokrat, sekarang dianggap baik untuk memperlihatkan beberapa pengetahuannya.
"Tuan," katanya pada pegawai itu, "Saya yakin sekali jika anak anjing itu tidak lebih berharga dari delapan grivni. Selain itu saya tidak akan memberinya lebih dari itu. Sekalipun begitu, wanita bangsawan itu menyukainya –ya, benar-benar menyukainya, demi Tuhan! Siapa pun yang menginginkannya harus membayar sebesar seratus rubel. Tapi, kalau kita mau jujur, selera orang itu berbeda. Tentunya, jika ia adalah seorang olahragawan, ia akan memilih seekor anjing setter atau anjing spanil. Dan dalam hal itu, tak perlu Anda berhemat untuk lima ratus rubel, atau bahkan memberikan seribu rubel, jika anjingnya memang bagus.
Pegawai itu mendengarkan dengan serius, tetapi tidak satu pun penghitungan jumlah surat untuk iklan yang mesti dikerjakannya itu, dibawanya. Di sisi yang lain, ada sekelompok pembantu, pelayan toko, penjaga pintu, dan lainnya. Kesemunya memiliki iklan yang sama di tangannya, dengan sebuah dokumen untuk memberitahukan di mana seorang kurir yang baik akan mendistribusikannya, dan yang lain akan mengiklankannya di koliaska yang diimpor dari Paris pada tahun 1814, dan hanya digunakan sebentar setelahnya, dan seorang lagi pembantu dengan pengalaman selama sembilan belas tahun sebagai binatu, tapi juga sedang mencari pekerjaan lain, dan seorang lagi yang mirip kusir drozhki yang merasa bahwa musim semi sangat pendek, dan seorang lain dengan pakaian polkadot abu-abu, dengan semangat seperti kuda di abad ke-17, dan seorang lagi dengan beberapa bibit turnip dan lobak yang didapatnya dari London, dan seorang dari desa dengan segala keramah-tamahannya, menyeimbangkan semangatnya di tempat yang cukup untuk merapikan dirinya, dan seseorang lagi dengan alas kaki bekas dengan, sebagai tambahan, undangan untuk menghadiri lelang harian dari pukul delapan sampai pukul tiga. Ruang tempat di mana mereka berdiri itu kecil, dan suasananya sesak. Tapi kesesakan ini, tentu saja, tidak pernah dirasakan Asesor Kolega Kovalev, karena selain wajahnya tertutup sapu tangan, hidungnya juga hilang, dan hanya Tuhan yang tahu keberadaannya sekarang!
"Tuanku yang terhormat,“ akhirnya ia berkata dengan tak sabar, "izinkan saya bertanya pada Anda, ini masalah darurat.“
"Tunggu sebentar, tunggu sebentar! Dua rubel, empat-tiga kopek. Ya, segera. Enam puluh rubel, empat kopek," sambil pegawai itu melemparkan dua iklan terkait ke arah kelompok pekerja perempuan dan yang lainnya, lantas berbalik ke arah Kovalev.
"Jadi?" katanya. "Apa yang Anda inginkan?"
"Maafkan saya," jawab Kovalev, "tapi penipuan dan tipu muslihat sudah selesai. Saya masih tidak mengerti masalahnya, tapi berharap dapat mengumumkan bahwa siapa pun yang bisa mengembalikan bajingan itu, akan menerima upah yang pantas.
"Namamu, jika Anda berkenan?"
"Tidak, tidak. Apalah arti nama saya? Saya tidak akan memberitahukannya pada Anda. Saya punya banyak kenalan seperti Nyonya Chektareva (istri dari Kenselor Negara) dan Pelagea Grigorievna Podtochina (istri Staff Opsir), dan semoga Tuhan melindungi kita, mereka akan belajar tentang masalah itu suatu saat. Jadi, sebut saja saya 'Asesor Kolega,‘ atau lebih baik, 'Tuan Mayor'.
"Lalu, apakah pembantu Anda melarikan diri?"
"Pembantu saya? Walaupun seorang pembantu akan melakukan kejahatan seperti yang sekarang ini, tentu tidak! Yang melarikan diri dariku itu adalah, hidungku."
"Gospodin Nossov, Gospodin Nossov? Sungguh nama yang sangat aneh! Lalu apakah Gospodin Nossov ini merampok uang Anda?“
"Saya bilang nose, buka Nossov. Anda membuat kesalahan. Hidung itu telah hilang, Tuhan tahu ke mana, hidung saya, hidung asli saya itu. Rupanya ia mencoba membodohi saya.“
"Tapi bagaimana bisa ia hilang? Saya benar-benar tidak paham masalah ini."
"Saya tidak bisa mengatakan pada Anda percisnya. Intinya adalah, bahwa sekarang hidung itu pergi ke kota sebagai seorang Konselor Negara. Karenanya, saya memohon pada Anda untuk memberitakan bahwa siapa saja yang melihat hidung itu, secepat mungkin bisa mengembalikannya pada saya. Tentunya Anda boleh menilai apakah itu artinya bagi saya, sedang saya merasa kekurangan sesuatu yang menyolok di tubuh saya ini? Karena hidung tidak sama dengan jari kaki dimana seseorang dapat menyimpannya di dalam sepatu bot, dan menyembunyikan ketidak-hadirannya jika ia tidak ada di sana. Lagi pula, setiap Kamis saya seharusnya mengunjungi Nyonya Chektareva (istri dari Kenselor Negara); sedang Pelagea Grigorievna Podtochina (istri Staff Opsir, ibu dari anak perempuan yang cantik) juga merupakan kenalan dekat saya. Jadi, sekali lagi, nilai sendiri bagaimana situasi saya sekarang. Dalam kondisi seperti ini, saya tidak mungkin hadir di depan nyonya-nyonya itu."
Mendengar itu pegawai pun jadi berpikir. Faktanya menjadi jelas dari bibirnya yang sekarang tertutup dengan rapat.
"Tidak," katanya untuk beberapa lama. "Saya tidak bisa memasukkan pengumuman semacam itu."
"Tapi, mengapa tidak?"
"Karena, Anda tahu, itu dapat merusak reputasi surat kabar. Bayangkan jika setiap orang mulai menyatakan kehilangan hidungnya! Orang-orang akan berkata, katakan saja, bahwa kami mencetak cerita yang bukan-bukan dan palsu."
"Tapi bagaimana bisa masalah ini adalah cerita palsu? Tidak ada hal semacam yang bicara soal itu."
"Anda pikir tidak; baru saja minggu yang lalu kasus serupa muncul. Saat itu seorang chinovnik membawa iklan pada kami sepert yang Anda lakukan. Biayanya hanya dua rubel tujuh puluh tiga kopek, karena hanya memberitakan kehilangan seekor anjing pudel. Tapi, Anda pikir, apa kenyataannya? Oh, hal itu menjadi sebuah fitnah, dan 'anjing pudel' itu jadi pertanyaan kasir –dari bagian mana pastinya saya tidak tahu.
"Ya, tapi saya di sini bukan untuk mengiklankan tentang anjing pudel, tapi tentang hidung saya sendiri yang tentunya untuk maksud dan tujuan saya pribadi."
"Sama saja, saya tidak bisa memuat iklan itu."
"Bahkan di saat saya benar-benar kehilangan hidung saya sendiri!“
"Kenyataan, hilangnya hidung Anda itu adalah urusan dokter. Saya dengar ada dokter yang bisa memasang hidung seseorang yang sama dengan miliknya. Saya anggap bahwa pada dasarnya Anda adalah seorang pelawak, dan suka membuat lelucon di depan umum."
"Bukan seperti itu. Saya bersumpah sebagaimana halnya Tuhan itu Maha Suci. Sungguh, hal ini sudah sangat keterlaluan, saya akan membiarkan Anda melihatnya sendiri.“
"Mengapa harus repot-repot?" Di sini pegawai itu berusaha mengendus sebelum menambahkannya dengan gerak-gerik kecurigaan: "Bagaimanapun, jika ini benar-benar sama sekali tidak menjadi masalah bagi Anda, sedikit pengamatan sudah cukup memuaskanku."
Asesor Kolega pun melepaskan sapu tangannya.
"Sungguh aneh! Sungguh sangat aneh!" seru pegawai. Dan potongan itu tidak sama seperti halnya kue dadar yang baru digoreng, hampir bukan main anehnya."
"Jadi Anda akan memperselisihkan apa yang baru saja saya katakan? Saya yakin tidak, maka buatkanlah pengumumannya. Saya akan sangat berterima kasih, dan senang karena persitiwa ini membuat saya bisa mengenal Anda," seraya Mayor beranjak dan turun dari tempatnya berada.
"Mencetak apa yang Anda inginkan bukanlah apa-apa," jawab pegawai itu. "Akan tetapi, sebetulnya saya tidak tahu seperti apa Anda mengambil manfaat dari tindakan ini. Saya menyarankan, lebih baik Anda memberi komisi pada seorang penulis handal untuk menyusun sebuah artikel yang menggambarkan peristiwa yang alamiah dan jarang ini, lalu menerbitkannya di The Northern Bee (di sini si pegawai mengendus lagi), "baik untuk memerintahkan yang muda dari kami“ (si pegawai menyusut hidungnya untuk yang terakhir) atau semata untuk kepentingan umum."
Hal ini kembali menekan hati Asesor Kolega. Kendati demikian, matanya melihat kopian surat kabar, dan mengambil kolom yang memperlihatkan berita pertunjukan drama, dan menemukan nama seorang aktris cantik, hingga hampir saja membuatnya tersenyum, dan tangannya mulai mengambil saku tempat penyimpanan uang (sejak ia menduga bahwa hanya kedai yang bisa menenangkan Mayor dan seterusnya). Walau begitu, muncul kembali dalam pikirannya soal hidung itu, dan semuanya menjadi sangat mengganggu.
Meski demikian, pegawai itu merasa tersentuh dengan keadaan Kovelev yang menyedihkan, dan berharap dapat meringankannya dengan sedikit kata-kata simpati atas kemuramam Asesor Kovalev.
"Saya sungguh-sungguh minta maaf karena peristiwa ini sudah menimpa Anda," katanya. "Haruskah Anda peduli dengan cubitan itu? Menghirup dapat menghilangkan sakit kepala dan mengurangi semangat. Tidak, hal itu baik seperti halnya untuk sembelit."
Ia pun mengulurkan kotaknya dengan tangkas, dan di saat ia melakukannya, terbalik di bawah penutupnya gambar seorang perempuan bertopi.
Kovalev kehilangan secabik kesabarannya atas tindakan yang tak dipikirkannya dan dengan nafsu ia berkata:
"Bagaimana Anda bisa berpikir begitu untuk olok-olok yang tidak bisa saya bayangkan. Tentunya Anda tahu bahwa saya tidak lagi punya kemampuan untuk mencium. Oh, persetan kau dan penciumanmu itu! Bahkan pemandangan ini lebih dari apa yang bisa saya hadapi. Saya harus mengatakan hal serupa bahkan jika Anda memberikan bukan hardikan yang menyedihkan, tapi benar-benar sebuah penghinaan."
Dengan sangat marah, ia cepat-cepat keluar kantor, dan langsung pergi ke arah kediaman inspektur polisi. Sayangnya, ia sampai ketika inspektur baru saja istirahat, setelah sebelumnya menguap dan menggeliat: "Sekarang dua jam untuk tidur! Dalam seketika, kunjungan Asesor Kolega berkemungkinan menjadi waktu yang tidak tepat. Secara kebetulan, inspektur, meskipun memberikan perlindungan dan ketenangan, lebih menyukai wesel.
"Itulah masalahnya!" ia sering berkata: "Itu adalah hal yang tidak bisa dihiraukan kapan pun juga, karena yang dibutuhkan tak lain hanyalah makan, dan wesel itu membutuhkan sedikit ruang dimana ia mudah untuk dimasukkan ke dalam saku, agar tidak hancur berkeping-keping jika nanti terjatuh.“
Maka inspektur pun menerima Kovalev dengan sangat tidak senang, dan mengintimidasi bahwasanya seusai makan malam bukanlah waktu yang baik untuk memulai sebuah penyelidikan. Alam telah menakdirkan bahwa seseorang harus istirahat setelah makan (yang memperlihatkan Asesor Kolega bahwa, setidaknya inspektur mempunyai pengetahuan tentang pepatah bijaksana lama), dan karenanya tidak ada seorang yang akan mencuri hidung dari seseorang yang sangat terhormat.
Ya, inspektur memandang Kovalev. Dan, mesti ditambahkan bahwa betapa Kovalev sangat sensitif di saat gelar atau martabatnya diperhatikan (walau ia siap memaafkan apapun yang dikatakan padanya secara personal, bahkan dijaga, dengan hormat untuk cerita sandiwara, yang, selagi pegawai Opsir tidak seharusnya membantah, pegawai-pegawai dengan pangkat yang lebih rendah mungkin akan menganggapnya demikian), lantas resepsionis inspektur polisi membawanya dengan cara yang terpuji. Dengan tangan yang sedikit melepaskannya, Kovalev mengangguk serta berkata: "Setelah hinaan pengamatanmu tadi, tidak ada lagi yang bisa saya tambahkan," dan ia pergi lagi.
Ia sampai di rumah dengan hampir tak mendengar langkah kakinya sendiri. Debu telah jatuh, dan, setelah pencarian yang gagal, flat-nya terlihat sangat suram. Ketika ia memasuki aula ia mendapati Ivan, pelayannya, berbaring di belakang di atas dipan berkulit tua yang kotor, dan meludahi plafon dengan ceroboh agar berhasil mengenai tempat yang sama. Ketenangan orang itu membangkitkan kembali kemarahan Kovalev, dan menampar kepalanya dengan topi dan berteriak:
"Dasar jorok! Bertingkah bodoh saja kelakuanmu." Seraya melompat, Ivan segera mengambil mantel Tuannya.
Mayor yang kelelahan dan yang sedih lalu menuju ruang duduknya, menghempaskan dirinya di kursi empuk, mendesah, dan berkata pada dirinya:
"Ya Tuhan, ya Tuhan! Mengapa nasib malang ini datang padaku? Mungkin kehilangan tangan atau kaki akan menjadi jadi baik, tapi seseorang tanpa hidung, setan tahu apa ? Disebut burung, tapi bukan burung, penduduk tapi bukan penduduk, sesuatu yang sebaiknya dilempar saja keluar jendela. Dan akan lebih baik untuk memotong hidung ini dalam sebuah peristiwa, atau dalam duel, atau karena perbuatanku sendiri: Sedang, ini adalah hidung yang hilang tanpa tahu apa musababnya –dengan percuma—bukan untuk kemaslahatan yang sedikit! Tapi, tidak," ia menambahkan, "tampaknya hidung ini hilang bukan untuk kebaikan: bukan sama sekali. Dan, bisa jadi semua ini hanya mimpi, atau mungkin saya hanya sedang bingung. Hal itu mungkin saja karena ketika saya pulang kemarin saya mabuk vodka lantas bercukur –merenggut barang itu karena si tolol Ivan tidak menerima saya di sana."
Lantas ia mencari-cari untuk memastikan apakah ia mabuk atau tidak dengan mencubit dirinya sendiri sampai memekik. Lalu, tentu saja, karena sakit, ia berpura-pura merasakan dan terjaga. Ia mendekati cermin dengan malu-malu, dan sekali lagi meneliti dirinya sendiri dengan harapan membatin agar kali ini hidungnya terlihat sebagaimana mestinya. Namun hasilnya, ia melompat dan berkomat-kamit:
"Sungguh tontontan yang tidak masuk di akal!“
Ah, semua berada di luar nalarnya! Jika saja sebuah tombol, atau sebuah sendok perak, atau sebuah jam, atau barang semacam itu hilang, tidak mungkin semua itu hilang seperti ini –tanpa alasan, dan dalam flat-nya! Secepatnya, setelah meninjau sekali lagi keadaannya, ia sampai pada kesimpulan bahwa mestinya ia menduga Madam Podtochina (istri Staff-Opsir tentuya –Nyonya yang menginginkan dirinya menjadi suami anaknya) sebagai tersangka utama atas peristiwa ini. Sungguh, ia selalu saja terbayang-bayang dalam keterjagaan anak perempuannya, tapi juga ia selalu menghindari pertemuan terhadap urusan yang akan datang. Bahkan sekalipun staf-opsir Nyonya itu berterus terang bahwa ia mengharapkannya untuk jadi menantu laki-laki, ia harus menjauhkan diri dari pujiannya, dan menjawab bahwa anaknya masih terlalu kecil, dan dirinya –sehubungan dengan lima tahun jabatannya—sudah berusia empat puluh dua tahun. Ya, kenyataannya ini adalah dendam istri Staf-Opsir yang telah memutuskan untuk menghancurkannya, dan menyewa sekelompok penyihir untuk satu tujuan, mengingat bahwa hidung itu secara masuk akal tidak mungkin dipotong. Tidak ada seorang pun yang mask ke ruang pribadinya akhir-akhir ini, dan setelah dicukur oleh Ivan Yakovlevitch pada hari Rabu, ia masih memiliki utuh hidungnya, ia tahu dan ingat benar, sepanjang sisa hari Rabu dan hari-hari selanjutnya. Juga, jika memang hidung itu dipotong, pasti akan sakit dan juga terluka, dan sisanya tidak akan langsung cepat sembuh, dan jadi tidak serasi seperti kue dadar.
Selanjutnya, Mayor membuat rencana. Entah ia akan menuntut Nyonya Staff-Opsir di forum legal ataupun ia akan melakukannya dengan kunjungan tiba-tiba, dan menangkapnya dalam sebuah perangkap. Dan, bayangan selanjutnya disela oleh cahaya redup yang terlihat lewat celah pintu –tanda bahwa Ivan menyalakan lilin di aula: dan dengan segera Ivan muncul, membawa lilin di depannya, dan membuat ruangan menjadi terang hingga Kovalev dengan tergesa-gesa mengambil lagi sapu tangan, dan sekali lagi menutup tempat di mana hidung itu hilang. Jika tidak, pelayan bodoh itu akan berdiri dan memandang dengan heran atas keganjilan roman Tuannya.
Ivan baru saja kembali dari kamarnya ketika suara yang tak dikenalnya dari aula terdengar bertanya:
"Apakah di sini tempat Asesor Kolega Kovalev tinggal?"
"Ya benar," Kovalev berteriak, melangkah dan membuka lebar pintunya. "Silakan masuk."
Masuklah seorang opsir polisi yang tampak pintar, dengan jambang yang tipis dan gelap, dan pipi yang jatuh dengan bagus. Bahkan kenyataannya, ia itu adalah opsir polisi yang bertemu dengan Ivan Yakovlevitch di ujung jembatan Isaakeivsky.
"Maaf sebelumnya, Tuan," katanya, "tapi apakah Anda kehilangan hidung?"
"Ya benar –begitulah."
"Hidung Anda telah ditemukan."
"Apa?" Untuk beberapa saat, Mayor Kovalev tak bisa berkata-kata. Yang ia lakukan hanyalah berdiri mematung, melotot, pada bibir dan pipi opsir polisi, dan pada sinar yang bergoyang dimana lilin terus menerangi keduanya. "Tapi bagaimana bisa ia ditemukan?"
"Ya, untungnya hidung itu ditemukan di pinggir jalan. Ia sudah masuk kereta kuda dan hendak pergi ke Riga dengan paspor atas nama seorang chinovnik tertentu. Dan, karena cukup mencurigakan, saya sendiri, pada awalnya, mengambilnya sebagai milik seseorang. Beruntungnya, meski demikian, saya menggunakan kacamata. Oleh karena itu, saya segera menduga bahwa orang itu tidak memiliki hidung. Begitulah pikiran saya, Anda tahu, bahkan sampai sekarang, walau saya melihat Anda berdiri di sana, dan melihat bahwa Anda mempunyai wajah, saya tidak bisa membedakan hidung, pipi, atau yang lainnya di wajah itu. Mertua saya (ibu istri saya) juga tidak bisa membedakannya dengan teliti."
Kovalev merasa hidup lagi.
"Di mana hidungnya sekarang?" belasnya. "Di mana, saya tanya? Biarkan saya melihatnya."
"Tidak masalah, Tuan. Mengetahui bahwa Anda benar-benar membutuhkannya, hidung itu ada bersama saya. Ini juga merupakan sebuah fakta yang mengherankan bahwa orang yang berada di balik peristiwa ini adalah seorang tukang cukur kurang ajar yang tinggal di Prosfek Vozkresensky, dan sekarang sedang duduk di kantor polisi. Sudah lama saya mencurigainya sebagai pemabuk dan pencuri, dan baru tiga hari yang lalu ia berangkat dari toko jahit. Tapi, Anda akan mendapatkan hidung Anda sebagaimana sebelumnya.
Dan, opsir pun merogoh ke dalam sakunya, lantas mengambil hidung yang terbungkus kertas.
"Ya, itu benar hidungnya! Sorak Kovalev. "Memang benar itu hidungnya! Maukah Anda bergabung dengan saya minum segelas teh?"
"Tentunya akan sangat menyenangkan sekali jika saja saya bisa, tetapi sayangnya saya harus cepat-cepat pergi ke penjara. Pekerjaan ini, Tuan tahu, telah berpengaruh terhadap penghasilan saya. Tinggal bersama saya, tidak hanya keluarga saja tetapi juga mertua saya. Belum lagi anak tertua saya berharap pada saya. Ia seorang anak yang pintar. Satu hal yang pasti adalah, bahwa saya tidak bisa memberikan pendidikan yang layak untuknya."
Ketika opsir itu pergi, Asesor Kolega duduk dalam ketidak-jelasan, terangguk-angguk dalam ketak-mampuan untuk melihat bahkan untuk merasa. Begitu hebatnya, sampai-sampai ia dikuasai oleh kesenangan. Hanya dalam beberapa saat ia menjaga hidung yang terbungkus itu dalam genggaman tangannya, dan lagi memeriksanya dengan hati-hati.
"Tidak diragukan lagi. Memang ini," katanya terbata-bata. "Ya, dan bahkan ada jerawat di sebelah kirinya yang pecah kemarin."
Ia tertawa dengan sangat gembira.
Tapi, tidak ada yang bertahan lama di dunia ini. Bahkan kesenangan tidak malah tambah bersemangat di saat-saat berikutnya. Dan untuk beberapa saat kemudian, lagi, kesenangan malah jadi berkurang. Pada akhirnya, secara tidak sadar muncul kembali perasaan normalnya, bahkan ketika riak dari desir kerikil muncul lagi bersama aliran permukaan air yang luas. Kovalev pun berpikir kembali. Untuk kali ini ia menyadari bahwa, sekalipun masalah ini belum seluruhnya berakhir, ia tahu bahwa, walau sudah mendapatkannya kembali, hidung itu perlu dilekatkan lagi.
"Bagaimana jika tidak berhasil dilekatkan!"
Pertanyaan itu membuat wajah Mayor pucat.
Merasa sangat gelisah, ia mendekati cermin, kalau-kalau ia serba salah untuk menempelkan hidungnya. Tangannya gemetar, dengan sangat hati-hati ia mengangkat hidung itu dan menempatkannya. Tapi, betapa mengerikannya, hidung itu tidak bisa diam di tempatnya. Ia menahannya dengan bibirnya, menghangatkannya dengan nafasnya, dan kembali melekatkan di tempat yang semestinya –hanya untuk mengetahui, seperti sebelumnya, bahwa hidung itu tidak bisa diam di tempatnya.
"Ayo, ayolah, bodoh!“ katanya. "Saya bilang diamlah di situ."
Tapi hidung itu bandel seperti kayu, jatuh ke atas meja dengan suara aneh seperti gabus, membuat Mayor tertawa.
"Apakah tidak jadi kebesaran sekarang?" pikirnya ngeri. Belum lagi sesering ia mengangkatnya ke posisi yang pantas, usahanya memperlihatkan kesia-siaan saja pada akhirnya.
Dengan keras ia berteriak kepada Ivan dan menyuruhnya pergi ke seorang dokter yang tinggal di flat (yang lebih baik dari milik Mayor) di lantai pertama. Dokter itu adalah orang berpenampilan sangat baik dengan jambang hitam pekat. Memiliki kesehatan yang baik, istri yang cantik, makan beberapa apel setiap pagi, dan menjaga mulutnya tetap bersih –berkumur setiap pagi selama sepertiga jam, dan menggosok giginya dengan lima sikat gigi yang berbeda. Satu waktu ia memenuhi panggilan Kovalev, dan, setelah menanyakan sudah berapa lama malapetaka itu terjadi, dagu Mayor terangkat, dan mengetuk tempat kosong dengan jempol sampai akhirnya Mayor memutarkan kepalanya, dan dengan begitu, menabrakannya ke dinding di belakang. Ini bukan apa-apa, kata dokter; dan setelah menyarankannya untuk berdiri sedikit agak jauh dari dinding, dan menyuruh mencondongkan kepalanya ke sebelah kanan, ia sekali lagi mengetuk bagian kosong sebelum akhirnya menyuruhnya mencondongkan kepalanya ke sebelah kiri, berkata "Hm!“ padanya layaknya colokan ibu jari, sementara Mayor berdiri dengan badan condong ke sebelah kiri seperti seekor kuda yang giginya sedang diperiksa.
Dokter yang sudah selesai memeriksa, menggoncangkan kepalanya.
"Masalah ini tidaklah mudah," ucapnya. "Lebih baik Anda seperti adanya saja sekarang, ketimbang nantinya jadi lebih buruk. Tentunya, saya dapat melekatkannya lagi –saya dapat melakukannya sebentar saja; tapi pada waktu yang sama, saya menjamin hasilnya akan jadi lebih buruk bagi Anda."
"Tidak apa-apa," jawab Kovalev. "Saya mohon tempelkan lagi. Bagaimana bisa saya hidup tanpa hidung? Selain itu, banyak hal yang menjadi lebih buruk dari pada keadaan yang sekarang. Saat ini, hanya ada setan sendiri. Di mana saya dapat memperlihatkan karikatur wajah ini? Lingkungan perkenalan saya sangat luas: malam ini saja saya hendak berkunjung ke dua rumah, karena saya hafal banyak orang-orang besar seperti Nyonya Chektareva (istri Konselor Negara), Nyonya Podtochina (Istri Staff-Opsir), dan banyak lagi. Tentu saja, bagaimanapun, saya tidak memiliki urusan lebih jauh dengan Nyonya Podtochina (kecuali lewat polisi) setelah urusan ini. Ya," ia melanjutkan dengan penuh bujuk rayu, "saya mohon kabulkan permintaan saya. Tentunya ada cara untuk melakukannya secara permanen, bukan? Lekatkan kembali dengan mode tertentu –bagaimanapun caranya, yang penting dapat menempel dengan erat, walau tidak serasi. Dan kemudian, ketika saat-saat beresiko datang, saya mungkin tidak bisa menahannya dengan hati-hati, dan dengan demikian juga tidak ada lagi dansa –apapun untuk menghindari luka baru akibat gerakan yang tidak dijaga. Sisanya, Anda boleh yakin bahwa saya akan sangat berterima kasih untuk kunjungan ini selama ini, sebagaimana halnya keinginan saya ini dikabulkan."
"Percaya pada saya," jawab dokter, dengan nada yang tidak keras tapi tidak juga terlalu lembut, tetapi dengan bijak dan bujukan yang kuat, "ketika saya berkata bahwa saya tidak pernah mendatangi pasien semata untuk uang. Melakukan hal demikian itu sangatlah bertentangan dengan aturan dan jiwa seni saya. Ketika saya menerima bayaran untuk sebuah kunjungan, saya menerimanya hanya kalau-kalau saya menyakiti perasaan karena menolaknya. Saya katakan lagi –kali ini dengan sangat hormat, mungkin Anda tidak akan percaya kata-kata sederhana saya –bahwa, walau saya dapat memperbaiki hidung Anda, cara kerjanya akan membuat semuanya buruk, lebih buruk, untuk Anda. Akan lebih baik untuk Anda percaya pada kekuatan alamiah saja. Cucilah sering dengan air dingin, dan saya jamin Anda akan sehat tanpa hidung itu seperti biasa. Hidung ini, saya sarankan Anda untuk menyimpannya di bejana: atau, tetap akan lebih baik untuk merendamnya dalam dua sendok makan vodka basi dan cuka keras. Maka Anda akan mendapatkan harga yang pantas untuknya. Sungguh, saya sendiri akan mengambilnya jika Anda berpikir hidung itu tidak berharga.
"Tidak, tidak!" bentak Mayor bingung. "Tidak sepeser pun saya akan menjualnya. Bagi saya lebih baik hidung itu hilang lagi saja."
"Oh, maafkan saya," dan dokter itu menundukkan kepala. "Saya hanya bermaksud ingin membantu Anda. Apa yang Anda inginkan? Tapi, Anda sudah melihat apa yang saya bisa lakukan."
Dengan berwibawa dokter pun pergi hingga Kovalev tidak melihat wajahnya lagi. Dalam kebingungan, ia tak lagi melihat dokter itu kecuali sepasang manset tertutup salju yang terproyeksi dari lengan baju hitam.
Selanjutnya, ia memutuskan bahwa, sebelum mengajukan permohonan esok hari, ia akan menulis dan meminta Nyonya Staff-Opsir untuk memulihkan hidungnya tanpa pemberitaan. Suratnya berisi seperti di bawah ini:
YANG TERHORMAT NYONYA ALEXANDRA GRIGORIEVNA. Sungguh, saya tidak paham sikap aneh Anda. Setidaknya, bagaimanapun, Anda boleh percaya bahwa tidak ada untungnya bagi Anda melakukan hal semacam ini, dan karenanya tidak ada satu pun cara yang bisa memaksa saya untuk menikahi putri Anda. Percayalah, saat ini saya sadar benar bahwa semua hal yang berhubungan dengan hidung saya, membuat saya tahu bahwa Anda-lah tersangka utama perkara ini. Hilangnya hidung dengan tiba-tiba, sesudah keluyuran, penyamarannya, pertama sebagai chinovnik, dan kedua sebagai dirinya sendiri –semua ini berasal dari praktek sihir Anda maupun dari seorang ahli yang dengan maksud berusaha mengejar perbaikan kesamaan derajat untuk Anda sendiri. Begitulah, saya pikir maksud dari surat saya ini adalah untuk memperingati Anda bahwa jika hidung itu tidak kembali ke tempatnya semula pada hari ini juga, saya terpaksa akan mengambil jalan dengan meminta pembelaan dan perlindungan hukum. Dengan segala hormat, Saya punya hak untuk mendapatkan perhatian rendah hati Anda, PLATON KOVALEV.
"TUAN YANG TERHORMAT," tulis nyonya itu sebagai balasannya, "surat Anda benar-benar mengejutkan saya, dan saya harus berkata bahwa sebenarnya saya tidak mengharapkannya, paling tidak untuk semua tuduhan yang tidak adil itu. Saya menjamin Anda bahwa saya tidak pernah, kapan pun juga, mengizinkan chinovnik yang Anda sebutkan untuk masuk ke rumah saya –baik dengan menyamar atau sebagai dirinya sendiri. Benar, saya telah menerima panggilan dari Philip Ivanovitch Potanchikov yang, seperti Anda tahu, tengah menginginkan putri saya, dan selain itu, ia adalah seorang yang mantap dan jujur, sebagaimana ia juga terpelajar. Tapi meskipun demikian, tidak pernah saya memberikan alasan padanya untuk berharap. Anda juga berbicara masalah hidung. Jika itu maksudnya bahwa bagi Anda saya kelihatannya memiliki hasrat untuk membiarkan Anda tanpa hidung dan bukan yang lain, anggap saja begitu, dalam artian secara langsung menolak Anda atas putri saya, saya benar-benar terkejut dengan kata-kata Anda karena, selain Anda hanya bisa waspada, kecenderungan saya justru sebaliknya. Jadi sekarang, jika Anda masih menghendaki pertunangan formal dengan putri saya, saya siap, saya jamin kepuasan yang Anda inginkan, yang juga merupakan keinginan saya sejak lama. Dengan harapan itu, demikian hormat saya, AELXANDRA PODOTCHINA.
"Tidak, tidak!" seru Kovalev, setelah membaca surat itu. "Ia tidak bersalah. Oh, tentu saja tidak!"
Tidak ada seorang pun yang melakukan perbuatan kriminal dapat menulis surat seperti ini. Asesor Kolega lebih ahli dalam hal itu karena lebih dari satu kali ia sempat dikirim ke Kaukasus untuk mengadakan tuntutan. "Lantas dengan kemungkinan rangkaian seperti apa peristiwa ini bisa terjadi?" Andai setan bisa berbicara!"
Tangannya jatuh dalam kebingungan.
Belum terlalu lama hingga akhinya berita aneh itu tersebar di sepenjuru kota. Dan, tentunya, masalah itu mendapatkan perhatian seiring berjalannya waktu. Pikiran setiap orang, pada saat itu, terkagum-kagum. Baru-baru ini daya tarik penyelidikan atas kejadian itu telah menyita perhatian publik, begitupun dengan sejarah kursi menari di jalan Koniushennaia. Jadi, tidak ada seorang pun yang tahu kapan dimulainya cerita yang mengatakan bahwa hidung Asesor Kolega Kovalev terlihat berjalan-jalan di Porspek Nevski pada jam tiga, atau ketika kerumunan pelancong yang penasaran berkumpul di sana. Selanjutnya, seseorang mengumumkan bahwa hidung itu, biasa terlihat di toko loak, dan gerombolan yang berdesakan ke sana kemari menjadi sangat riuh seakan membutukan pengamanan polisi. Sementara tukang catut yang sangat dihormati, berjambang dan yang menjual kue basi di pintu masuk teater, mengetuk-ngetuk kursi yang terbuat dari kayu yang keras seraya mengundang orang-orang yang penasaran untuk bisa masuk ke sana dengan biaya delapan puluh kopek tiap orang. Sedang, pensiunan kolonel yang datang lebih awal untuk melihat pertunjukan itu, dan menembus kerumunan dengan sangat sulit, merasa muak ketika di jendela toko tempat ia berada, bukan hidung yang dilihatnya, tetapi hanya seseorang bermantel beludru diapit oleh gambar seorang gadis yang menarik stokingnya. Sementara, seorang pesolek dengan jas pria dan dagu yang surut, mengintipnya dari balik pohon, dimana gambar itu sebenarnya telah menggantung di sana selama lebih dari sepuluh tahun yang lalu.
"Astaga!" serunya marah. "Bagaimana bisa orang-orang menjadi sangat heboh tentang berita bodoh dan mustahil ini?“
Selanjutnya, ada kabar yang berkata bahwa hidung itu berjalan, tidak di Prospek Nevski, tapi di Taman Taurida. Dan, kenyataannya, telah melakukan kebiasaan itu sejak lama, hingga walau di hari-hari dimana Khozrev Mirza sudah tinggal di dekatnya, ia sangat terkejut dan heran atas kegilaan itu. Hal ini membuat pelajar harus bolak-balik dari Perguruan Tinggi Kedokteran, dan orang-orang penting, juga seorang Nyonya terhormat untuk menulis dan bertanya pada pengawas Taman untuk memperlihatkan kepada anak-anaknya fenomena itu, dan, jika mungkin, menambahkan demonstrasi pada perbaikan pelajaran dan tujuan instruktif.
Secara alamiah, peristiwa ini sangat menyenangkan tuan-tuan yang acapkali mondar-mandir dan dengan harapan bisa menghibur nyonya-nyonya hingga sumber penghasilan mereka pun habis. Hanya beberapa orang yang keras dan tahu betul saja yang mencela semuanya. Seseorang itu bahkan sempat berkata, dalam kejijikannya, bahwa memahami betapa bodohnya rekaan semacam itu, bisa-bisanya beredar di era pencerahan yang tidak ia bisa terima. Namun kenyataannya, ia terkejut jika ternyata pemerintah tidak memerhatikan ini sebagai masalah. Dari ujarannya, dapat dilihat bahwa orang yang dalam keraguannya itu merupakan salah seorang yang telah menyeret pemerintah ke dalam permasalahan sehari-hari, termasuk bahkan pertengkaran sehari-hari mereka dengan istri-istrinya.
Tapi, lagi-lagi peristiwa ini pun masih terselubung. Apa yang terjadi kemudian tidaklah diketahui oleh semua orang.
(to be continued...)
(to be continued...)
Catatan:
mansion: rumah besar
Gostiny Dvor: gedung pasar
prosfek: para pelanggan
koliaska: kereta dengan roda yang rendah dan memiliki penutup yang bisa dinaikkan dan diturunkan, digunakan atau dibuka.
drozhki: kereta kuda
turnip: lobak Cina
barin (baron): Tuan
hidung (Nose): dalam bahasa Rusia adalah noss, dan Gospodin sama artinya dengan Tuan atau Mr. dalam bahasa Inggris.
chinovnik: pegawai
flat: rumah petak
Diterjemahkan oleh Firman Nugraha dari cerita berjudul "Hidung" karya Nikolai Gogol
No comments:
Post a Comment