Pada zaman dahulu kala, ketika manusia belum ada, bumi hanya ditinggali oleh pohonan dan binatang. Kedua makhluk ini saling berbagi antara satu sama lain dalam keharmonisan. Seandainya. Suatu waktu, di kala musim dingin tiba, burung-burung harus terbang ke Selatan, ke tempat dimana cuaca lebih hangat dari tempat yang ditinggalkannya. Tapi mereka akan kembali di musim yang lain jika cuacanya sudah hangat.
Suatu hari, dalam sebuah perjalanan untuk menghindari musim dingin, seekor burung Pipit terluka. Dia tak kuasa untuk terbang bersama keluarganya ke tempat yang lebih hangat. Dengan begitu, dia pun memilih untuk tinggal saja, meninggalkan keluarganya terbang ke tempat yang ditujunya.
Dalam keadaan terluka, dia tahu dia tidak akan mampu bertahan di cuaca yang dingin. Karenanya, dia meminta pertolongan pada pepohonan. Untuk pertama kali, dia mendekati Ara. “Wahai Ara, saat ini aku tengah terluka, aku tidak bisa terang sedang musim dingin bakal segera datang. Sudilah kiranya Engkau memberikanku perlindungan, karena jika tidak, pastinya aku akan meninggal?” begitu burung pipit berkata, “saya mohon, berikanlah padaku tempat berlindung di antara daunan dan dahanmu sepanjang musim dingin nanti, hingga pada akhirnya aku bisa sembuh dan menyambut keluargaku dalam perjalanan pulangnya di musim semi.”
Akan tetapi, Ara bukanlah pohon yang ramah, malah tidak bersedia menerima tamu. Dia pun berkata: “Pipit, carilah tempat yang lain untuk berlindung. Saya tidak ingin menghabiskan waktu bersamamu di musim dingin ini.”
Kasihan Pipit yang terluka ini. Dia harus pergi dari hadapan Ara.
Kemudian, dia pun mengunjungi pohon Sirup dan berkata: “Oh Sirup, saya tengah terluka dan tidak bisa terbang ke dataran yang hangat bersama keluargaku. Izinkanlah aku berlindung di antara daunan dan dahanmu selama musim dingin, jika tidak aku akan binasa.” Dan Sirup, walaupun dia manis, tidak senang dengan kedatangan Pipit ini. Terlebih memenuhi permintaannya, seraya berkata, “Kau…. Kau carilah perlindungan di tempat lain, Pipit. Aku tidak ingin menghabiskan musim dinginku bersamamu.”
Pipit merasa sedih dan hatinya terluka. Maka, ia pun pergi lagi.
Pipit pergi dari satu pohon ke pohon lain meminta perlindungan sebelum musim dingin tiba. Tapi setiap kali meminta, setiap kali itu juga permintaannya ditolak. Sampai pada akhirnya, tak ada lagi pohon yang bisa dimintai pertolongannya, kecuali Cemara.
Tanpa harapan tersisa, tapi juga tak ingin menerima kematian tanpa usaha, Pipit akhirnya memberanikan diri mendekati Cemara. ‘Salam Cemara! Aku sedang terluka dan karenanya tidak bisa terbang ke Selatan, ke dataran hangat bersama keluargaku. Jika aku tidak punya tempat berlindung di musim dingin nanti, mungkin aku bakal mati. Aku mohon…, berikanlah tempat berlindung sementara untukku di antara daunan dan dahanmu.
Cemara berpikir: Aku hanyalah pohon yang kekurangan. Apa yang bisa aku lakukan? Akan tetapi hatinya iba melihat keadaan Pipit yang terluka. “Pipit,” katanya, “daunanku kecil sekali, bahkan lebih tampak seperti jarum. Dahanku pun tidak sebanyak pohon-pohon yang lain. Tapi aku bersedia berbagi denganmu.”
Dan begitulah, Pipit pun menghabiskan musim dinginnya bersama Cemara. Dan ketika musim kemarau tiba berganti musim semi, keluarga Pipit pun kembali. Pipit sembuh selama menghabiskan musim dinginnya dengan Cemara hingga dia bisa menyambut keluarganya kembali.
Bagaimanapun, Tuhan telah melihat dan mendengar apa yang terjadi antara Pipit dan pohonan. Dia pun lantas memanggil wakil pohon dan berkata padanya. “Kalian, yang telah aku beri banyak anugerah dan memilikinya, tidak mau berbagi lewat apa yang kalian punya dengan Pipit di saat dia sedang membutuhkan. Oleh sebab itu, mulai dari sekarang, ketika musim dingin tiba, daunan kalian akan layu, menguning dan kering disapu angin.”
Tuhan kemudian berkata pada Cemara. “Cemara, meskipun Kau ini adalah pohon yang kekurangan tapi Kau bersedia berbagi. Dan itu, menyentuh perasaanku. Ketika musim dingin tiba, Kau dan semua kaummu akan tetap memiliki daunan yang selalu hijau menjelang semua musim. Karena kau telah memberikan kebaikanmu pada-Ku, melalui Pipit.”
Oleh karena itu, sampai detik ini, ketika musim dingin tiba, semua daunan akan layu, mati dan jatuh ke tanah akibat disapu angin, kecuali Cemara.
Graphic Drawing by Jason Forester II
No comments:
Post a Comment