Novel buah
karya Ahmad Tohari (1948)
ini menceritakan tentang seluk beluk kehidupan seniman ronggeng di daerah Jawa
(Dukuh Paruk). Meskipun hanya menyebutkan tempat sebuah desa dengan nama Dukuh
Paruk, namun diidentifikasikan sebagai sebuah tempat di Jawa Tengah.
Tokoh-tokoh cerita novel ini adalah Srintil; seorang gadis remaja
yatim piatu yang dianggap sebagai titisan dari Ki Secamenggala. Dialah yang
disebut ronggeng Dukuh Paruk. Rasus; seorang pemuda yang mencoba
mengangkat harkat dan martabat rakyat Dukuh Paruk. Ia berusaha melawan hukum
adat, terutama hukum adat tentang ronggeng. Sukarya; pasangan suami
istri yang merupakan kakek Srintil. Mereka sangat bangga dengan adanya ronggeng.
Kertareja; seorang dukun di Dukuh Paruk. Dower dan Sulam;
dua orang pemuda Dukuh Paruk yang berlomba-lomba mendapatkan Srintil dengan
cara menyuap Ki Kertareja.
Dukuh Paruk seakan-akan mendapatkan anugerah berupa roh baru ketika
Srintil, gadis yatim piatu berusia 11 tahun, dinobatkan menjadi ronggeng.
Seluruh penduduk desa itu menyambut dengan penuh kegembiraan. Menurut mereka,
citra Dukuh Paruk sebagai Dukuh Ronggeng akan kembali menggema. Pedukuhan yang
terkenal dengan kering kerontang ini nantinya akan diramaikan lagi dengan
kedatangan tamu dari berbagai penjuru desa dan berseliwerannya uang yang
dilemparkan ke arah ronggeng Srintil, ramainya seloroh-seloroh cabul, serta
terlihatnya pemandangan sikut-menyikut antara pesaing yang berusaha merebut
ronggeng Srintil atau suasana lainnya yang menggembirakan. Selain itu, bau
harum keramatnya Ki Secamenggala akan kembali menyelimuti Dukuh Paruk.
Orang yang paling merasa berbahagia dengan penobatan Srintil sebagai
ronggeng adalah Sukarya dan istrinya yang merupakan kakek dan nenek gadis itu.
Usaha mereka mengasuh Srintil, sejak kedua orang tua Srintil meninggal dunia
karena keracunan tempe bongkrek sebelas tahun yang lalu, tidak sia-sia. Yang
penting, tugas mereka untuk menjadikan Srintil sebagai seorang calon ronggeng
dapat terlaksana. Bahkan, direstui oleh keramat dukuh ronggeng, Ki
Secamenggala.
Seorang pemuda bernama Rasus justru merasa kecewa dan sedih mendengar
penobatan Srintil karena ia sangat mencintai Srintil, kekasihnya itu. Apabila
Srintil menjadi ronggeng, berarti gadis itu menjadi milik semua orang. Setiap
orang akan bebas meniduri Srintil karena memang begitulah kehidupan seorang
ronggeng. Selain itu, sebagai calon ronggeng, Srintil harus menyerahkan
keperawanannya kepada Ki Kertareja. Rasus juga telah mengetahui pemuda yang akan
memenangkan sayembara yang akan diadakan oleh Ki Dukuh Kertareja. Untuk
memenangkan sayembara itu, mereka telah menyuap Ki Kertareja. Sulam menyembahkan
seringgit uang emas, sedangkan Dower menyerahkan seekor kerbau dan dua rupiah
uang perak kepada Ki Kertareja.
Pada suatu malam ketika Kertareja menobatkan Srintil sebagai ronggeng
Dukuh Paruk, Rasus memperhatikan kekasihnya itu dari kejauhan. Kekasihnya itu
dibawa ke makam Ki Secamenggala dan dimandikan di depan makam tersebut. Setelah
itu, Srintil menjadi budak kelambu, yaitu menyerahkan keperawanannya kepada si
Dower dan si Sulam, sebagaimana telah ditentukan oleh Kertareja. Tampak, kedua
pemuda itu bertengkar di samping rumah Dukun Kertareja untuk menentukan siapa
di antara mereka yang berhak pertama kali meniduri Srintil. Ketika Rasus sedang
menyaksikan pertengkaran kedua pemuda tersebut secara diam-diam, Srintil datang
menghampirinya dan ia minta pemuda itu untuk menggaulinya karena ia sangat
benci Dower dan Sulam. Rasus pun memenuhi permintaan itu kemudian pemuda itu
memutuskan untuk meninggalkan Dukuh Paruk. Ia meninggalkan gadis yang dicintai
dan sekaligus dibencinya karena kekasihnya itu telah menjadi ronggeng. Ia
kemudian mengasingkan diri di desa Dawuan. Ia mencoba menyingkirkan bayangan
Srintil. Bahkan ketika gadis itu meminta ia untuk menjadi suaminya, ia menolak.
Dalam hatinya timbul kerelaan untuk membiarkan Srintil menjadi milik banyak
orang dan menjadi kebanggan Dukuh Paruk.
Disari
dari Ensiklopedia Sastra Indonesia. 2008. Bandung: Penerbit Titian Ilmu.
Download E-book Ronggeng Dukuh Paruk (PDF).
Download E-book Flash Player Ronggeng Dukuh Paruk (gunakan software Macromedia Flash Player untuk mengeksekusi).
No comments:
Post a Comment