Kita mungkin pernah bertanya: Bagaimana
cara belajar bahasa yang baik itu? Apa harus kita menghapal abjad dari bahasa
yang sedang dipelajari? Apa harus mempelajari tata bahasa dan mengenal kosa
kata terlebih dahulu? Atau, apa langsung pada percakapan saja? Dengan kata
lain, teknik apa yang efektif dalam belajar bahasa?
Pada hakikatnya, tidak ada teknik belajar
bahasa yang mutlak efektif—untuk mengatakannya tidak efektif sama sekali. Persoalan
teknik sepenuhnya bergantung pada kebutuhan pembelajar dalam mempelajari bahasa
yang sedang dipelajarinya.
Dalam ruang lingkup formal (institusi)
khususnya, kebanyakan pembelajar bahasa barangkali terlebih dahulu (baca: mau
tidak mau) harus mengenal abjad dari bahasa yang sedang dipelajari. Misal, anak
sekolah yang menghapal abjad ABC sampai Z dalam belajar bahasa Inggris, maupun
bahasa yang lain seperti Prancis, Jerman atau Rusia. Sayangnya, hal ini tidak
berlaku jika si pembelajar mempelajari bahasa, semisal bahasa Jepang, bahasa
Arab, atau Sanskerta. Karena, jelas ketiga bahasa tersebut berbeda dengan bahasa
latin yang abjadnya dimulai dari A dan diakhiri dengan Z.
Teknik seperti ini memungkinkan si
pembelajar mendapatkan keempat kompetensi. Artinya, tidak hanya si pembelajar
mampu mendengarkan dan berbicara, akan tetapi dia juga bisa membaca dan
menulis. Selain itu, level kompetensi pun didapatkan secara sistematis dan
hirarkis sesuai latar belakang dan tingkat pemahaman. Dengan cara ini, si
pembelajar benar-benar mempelajari bahasa selangkah demi selangkah sehingga
pada akhirnya dia menguasai bahasa yang dipelajarinya itu.
Namun demikian, dari segi kegunaan, cara
seperti ini dirasa kurang efektif dan efisien. Terlebih bagi pembelajar yang
belajar bahasa semata untuk kepentingan praktis. Semisal, seseorang yang ingin
pergi ke Arab atau ke Korea sebagai TKI. Dalam keadaan seperti ini, belajar
bahasa tidak lebih dari sekadar kepentingan untuk bisa berkomunikasi dan
berinteraksi menggunakan ungkapan-ungkapan sehari-hari. Untuk kasus seperti
ini, mempelajari abjad dan ketata-bahasaan menjadi kurang penting bagi si
pembelajar.
Barangkali ada baiknya bagi kita untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan teknik. Dalam hal ini teknik belajar
bahasa. Menurut Anthony (via Brown, 2001) teknik dapat diartikan sebagai
sekumpulan aktivitas yang termanisfestasi dalam ruang kelas secara spesifik.
Artinya, kegiatan apa saja yang terjadi dalam “ruang kelas” selama pembelajaran
bahasa berlangsung. Sejatinya teknik menuntut bentuk konkret aktivitas kegiatan
belajar mengajar guna tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam praktiknya, teknik
bisa tampak dari tugas, latihan, prosedur, strategi dan kegiatan secara sistematis,
yang dapat diamati secara langsung.
Keberhasilan teknik tidak lepas dari
metode yang dipakai, tentunya dengan berpegangan pada rancangan belajar dan
pendekatan yang digunakannya. Dalam dunia pedagogik, teknik biasanya tertuang
dalam bentuk rencana proses pembelajaran dengan berpatokan pada: (1) tujuan
pembelajaran khusus dan umum; (2) model silabus; (3) jenis aktivitas belajar
mengajar; (4) peran pembelajar; (5) peran pengajar; dan (6) peran bahan-bahan berbasis
instruksi (Richards & Rodgers, 1986).
Permasalahannya adalah, bagaimana kita
merancang dan mengimplementasikan sebuah teknik di dalam “ruang kelas”. Untuk
ini, setidaknya ada dua latar belakang yang menjadi patokan. Pertama, pengajaran
berprinsip (principled teaching). Dikarenakan sebuah pengajaran diambil
dan harus memberi umpan balik atas prinsip belajar yang membentuk kerangka
terhadap pendekatan belajar mengajar, maka pendekatan yang komprehensif harus
bisa memfasilitasi proses KBM. Kedua adalah konteks belajar. Hal ini
berhubungan dengan siapa pembelajar bahasa, dalam artian: berapa usia,
kecakapan, tujuan belajar dan faktor sosiopolitik yang berpengaruh pada
kesuksesan di akhir pembelajaran (Brown, 2001).
Dari penjelasan di atas, jelas jika
teknik mempertimbangkan pendekatan dan metode serta konteks belajar yang
sifatnya pilihan. Dengan demikian, ada produk untuk sebuah pilihan yang harus
dibuat oleh pengajar sebagaimana halnya si pembelajar membuat orientasi atas
pembelajarannya. Jadi, aktivitas apa pun seperti halnya bermain peran (role-play),
latihan, game, berpasangan atau berkelompok, tetap harus berpegangan
pada dua aspek itu. Sehingga, sekalipun empat kompetensi dasar
(mendengar-berbicara-membaca-menulis) merupakan sebuah kotak persegi yang tidak
bisa dipisahkan; pada akhirnya, kita harus memilih sisi mana yang harus
dijadikan tumpuan. Dengan fakta inilah ruang, waktu dan media menjadi semacam
PR yang cukup signifikan untuk dipertimbangkan.
Setidaknya ada tiga konsep yang bisa
digunakan untuk menerjemahkan teknik dalam bentuk aktivitas di ruang kelas
(Brown, 2001). Satu, dari manipulasi ke komunikasi. Manipulasi artinya sebuah
teknik secara total dikontrol oleh si pengajar dengan tujuan mendapatkan
tanggapan dari si pembelajar. Latihan pengulangan, substitusi berisyarat, dikte
dan membaca lantang adalah beberapa teknik yang bisa diaplikasikan. Sedang
untuk komunikasinya, contoh seperti membaca cerita, curah gagasan (brainstorming),
bermain peran, games, dsb, bisa digunakan. Dalam hal ini, biasanya si pengajar
tidak terlalu berperan mengingat kreativitas si pembelajar dijadikan dominasi
pembelajaran. Si pembelajar bebas dan terbuka untuk memberi tanggapan terhadap
materi yang diberikan pengajar, bahkan bisa berinteraksi dengan pembelajar yang
lain. Meski demikian, kontrol pengajar tetap harus ada.
Kedua adalah latihan-latihan yang
bersifat mekanis dan bermakna. Tidak
jauh beda dengan yang pertama, konsep yang kedua ini menekankan latihan dan
latihan dalam pembelajarannya. Pengulangan dan substitusi dilakukan dengan
tetap mempertimbangkan masalah ketatabahasaan. Si pengajar bisa membuat suatu
kalimat dan meminta si pembelajar mengulanginya dan mengubah salah satu aspek
kebahasaannya. Semisal:
Guru:
Saya pergi ke pasar Murid: Sayapergi ke
pasar.
Guru:
Bank Murid:
Saya pergi ke Bank.
Guru:
Rumah sakit Murid: Saya pergi ke rumah sakit.
Atau
Guru:
Saya pergi ke pasar Murid: Sayapergi ke
pasar.
Guru:
Bank Murid:
Saya pergi ke bank.
Guru:
Ibu Murid:
Ibu pergi ke bank.
Guru:
Pagi hari Murid:
Ibu pergi ke bank pag hari.
Guru:
Akan Murid: Ibu
akan pergi ke bank pag hari.
Dengan cara ini, si pembelajar diharapkan
bisa menyelesaikan sebuah kasus dengan tepat. Dan tidak harus mereka mengerti
apa artinya. Terlebih, cara seperti ini memang tidak berhubungan dengan
realitas. Inilah yang dimaksud dengan latihan mekanis. Berbeda dengan latihan
komunikatif. Dalam tahapan ini, si pembelajar sudah dikenalkan menggunakan
bahasa secara pragmatis. Maksudnya adalah, realitas sudah dibawa masuk ke dalam
materi belajar yang tersusun dalam bentuk kalimat. Satu hal yang ditekankan
dalam konsep ini adalah masalah ketatabahasaan (stuktur, fonologi, dll).
Konsep terakhir adalah teknik kontrol
atau bebas. Konsep ini tidak menyiratkan bahwa si pengajar bisa secara penuh
mengendalikan atau membebaskan pengajaran. Akan tetapi, seberapa luas jangkauan
si pengajar melakukan aktivitas pengajarannya. Di bawah adalah generalisasinya:
Terkendali Bebas
Berpusat
pada si pengajar Berpusat
pada si pembelajar
Manipulatif Komunikatif
Terstruktur Terbuka
Tanggapan
pembelajar terprediksi Tanggapan
tidak terprediksi
Tujuan
terencana Tujuan
bersifat negosiasi
Kurikulum
bersifat baku Kurikulum
bersifat koperatif
Dari data di atas, tidak berarti bahwa
setiap yang terkendali itu bersifat manipulative atas setiap yang komunikatif
itu bersifat bebas. Ini hanya masalah dominasi saja. Contohnya saja latihan
bersifat kuasi-komunikatif, tetap saja bersifat terkendali dengan si pengajar
menyiapkan soal dan si pembelajar menjawab soal tersebut dalam waktu yang sudah
ditentukan. Meski demikian, ada situasi dimana si pembelajar bisa mengajukan
pendapat atau tanggapannya secara bebas dan terbuka. Inilah yang dimaksud
dengan komunikatif. Jadi, tidak benar jika kedua generalisasi itu bersifat
hitam atau putih seutuhnya. Dengan kata lain, semuanya bersifat tentatif,
tergantung situasi dan kondisi dimana si pengajar dan si pembelajar melakukan
kegiatan belajar mengajarnya. (Fim Anugrah/”Saswaloka”)
(Tulisan ini dimuat juga di http://belutbesar.blogspot.com/ dengan penulis yang sama.)
No comments:
Post a Comment