Setiap orang pasti pernah bermimpi. Mimpi yang terang atau mungkin buram. Orang yang sinis menganggap bahwa mimpi hanya sekadar bunga tidur belaka. Tak lebih. Sementara, ilmuan menganggapnya sebagai pengalaman bawah sadar dengan banyak interpretasi.
Sebenarnya, mimpi punya derajat tersendiri. Hal ini terlihat dari bagaimana kehidupan para nabi yang merupakan wakil Allah dalam menjalani hidupnya sebagai pembawa misi-Nya. Kita mengetahui bahwa Nabi Yusuf merupakan nabi yang diberkahi Allah dengan ilmu menafsirkan mimpi. Akan tetapi, bahkan sebelumnya, Nabi Ibrahim pun pernah bermimpi dan Allah membenarkan mimpinya, yaitu di saat dirinya diperintah Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail.
Tak tanggung-tanggung, Nabi Muhammad pun bermimpi Perang Badar dan Allah pun membenarkan mimpinya itu. Dalam ketiga contoh ini, kita tahu betapa mimpi memiliki peranan yang sangat besar sebagai sebuah interaksi antara Allah dan mereka. Terkecuali Nabi Yusuf yang memang memiliki ilmu tentang tafsir mimpi.
Al-Quran menuturkan bagaimana Nabi Yusuf menafsirkan mimpi seorang raja. Dalam kisahnya, raja itu bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir gandum yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Raja pun meminta Yusuf untuk menerangkan kepadanya ta'bir mimpi itu.
Dan Yusuf pun berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya tahun sulit, kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur." (Q.S. Yusuf: 47-49).
Meski Yusuf dijebloskan ke penjara oleh Sang Raja, tapi mimpi yang ditafsirkannya itu benar-benar terjadi. Mimpi seakan menjadi sebuah ramalan. Tapi, bukan ramalan yang digemborkan para peramal masa kini yang tanpa ilmu dan hikmah seperti yang dimiliki Yusuf.
Pengetahuan mencatat bahwa mimpi akan terjadi apabila: (1) mimpi itu bukanlah dari apa yang seseorang bayangkan ketika dirinya terjaga; dan (2) bukan pula dari apa yang seseorang simpan di dalam hatinya. Selain itu, mimpi benar-benar bisa terjadi.
Permasalahannya adalah, ketika mimpi itu memiliki banyak bentuk yang seringkali susah untuk ditafsirkan. Contohnya saja, seseorang yang berzina dengan perempuan bisa berarti orang itu akan mendapatkan istri yang soleh. Kenyataanya, seiring perkembangan, tafsir mimpi memiliki variasinya masing-masing, tergantung konteksnya. Kalau pun ada tafsir mimpi yang membahas soal arti berzina, tafsir itu hanyalah bersumber dari pengalaman orang-orang yang pada hakikatnya sudah mendapatkan kenyataan dari mimpinya itu. Dan itu tidak lebih dari semacam kumpulan tafsir atau sebut saja, paririmbon.
Sesungguhnya, kita tidak bisa berpegangan pada tafsir mimpi orang lain. Mengingat, betapa banyaknya faktor yang mempengaruhi mimpi itu, entah dari segi latar belakang sosial, kebiasaan, dan adat orang tersebut. Maka dari itu, tafsir mimpi bersifat tentatif dan dinamis, tergantung konteks masing-masing. Sebut saja seseorang bermimpi bersetubuh dengan saudara kandung. Tafisr umum akan mengartikan bawa orang itu akan memperoleh harta dan sukses usaha. Tapi, bagi orang lain justru berarti bahwa dirinya menjadi dekat dengan saudaranya itu. Begitulah.
Jadi, masalah mimpi sebetulnya hanya Anda sendiri saja yang bisa menafsirkannya. Tentunya, hal ini terantung pada bagaimana Anda membaca situasi sekitar Anda dan kondisi Anda sendiri, sambil tetap membuka mata hati dan mata akal Anda dalam mendapatkan tafsir yang akurat dari mimpi Anda itu. [NS]
Sebenarnya, mimpi punya derajat tersendiri. Hal ini terlihat dari bagaimana kehidupan para nabi yang merupakan wakil Allah dalam menjalani hidupnya sebagai pembawa misi-Nya. Kita mengetahui bahwa Nabi Yusuf merupakan nabi yang diberkahi Allah dengan ilmu menafsirkan mimpi. Akan tetapi, bahkan sebelumnya, Nabi Ibrahim pun pernah bermimpi dan Allah membenarkan mimpinya, yaitu di saat dirinya diperintah Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail.
Tak tanggung-tanggung, Nabi Muhammad pun bermimpi Perang Badar dan Allah pun membenarkan mimpinya itu. Dalam ketiga contoh ini, kita tahu betapa mimpi memiliki peranan yang sangat besar sebagai sebuah interaksi antara Allah dan mereka. Terkecuali Nabi Yusuf yang memang memiliki ilmu tentang tafsir mimpi.
Al-Quran menuturkan bagaimana Nabi Yusuf menafsirkan mimpi seorang raja. Dalam kisahnya, raja itu bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir gandum yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Raja pun meminta Yusuf untuk menerangkan kepadanya ta'bir mimpi itu.
Dan Yusuf pun berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun lamanya sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya tahun sulit, kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan. Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur." (Q.S. Yusuf: 47-49).
Meski Yusuf dijebloskan ke penjara oleh Sang Raja, tapi mimpi yang ditafsirkannya itu benar-benar terjadi. Mimpi seakan menjadi sebuah ramalan. Tapi, bukan ramalan yang digemborkan para peramal masa kini yang tanpa ilmu dan hikmah seperti yang dimiliki Yusuf.
Pengetahuan mencatat bahwa mimpi akan terjadi apabila: (1) mimpi itu bukanlah dari apa yang seseorang bayangkan ketika dirinya terjaga; dan (2) bukan pula dari apa yang seseorang simpan di dalam hatinya. Selain itu, mimpi benar-benar bisa terjadi.
Permasalahannya adalah, ketika mimpi itu memiliki banyak bentuk yang seringkali susah untuk ditafsirkan. Contohnya saja, seseorang yang berzina dengan perempuan bisa berarti orang itu akan mendapatkan istri yang soleh. Kenyataanya, seiring perkembangan, tafsir mimpi memiliki variasinya masing-masing, tergantung konteksnya. Kalau pun ada tafsir mimpi yang membahas soal arti berzina, tafsir itu hanyalah bersumber dari pengalaman orang-orang yang pada hakikatnya sudah mendapatkan kenyataan dari mimpinya itu. Dan itu tidak lebih dari semacam kumpulan tafsir atau sebut saja, paririmbon.
Sesungguhnya, kita tidak bisa berpegangan pada tafsir mimpi orang lain. Mengingat, betapa banyaknya faktor yang mempengaruhi mimpi itu, entah dari segi latar belakang sosial, kebiasaan, dan adat orang tersebut. Maka dari itu, tafsir mimpi bersifat tentatif dan dinamis, tergantung konteks masing-masing. Sebut saja seseorang bermimpi bersetubuh dengan saudara kandung. Tafisr umum akan mengartikan bawa orang itu akan memperoleh harta dan sukses usaha. Tapi, bagi orang lain justru berarti bahwa dirinya menjadi dekat dengan saudaranya itu. Begitulah.
Jadi, masalah mimpi sebetulnya hanya Anda sendiri saja yang bisa menafsirkannya. Tentunya, hal ini terantung pada bagaimana Anda membaca situasi sekitar Anda dan kondisi Anda sendiri, sambil tetap membuka mata hati dan mata akal Anda dalam mendapatkan tafsir yang akurat dari mimpi Anda itu. [NS]
Gambar: Dokumen Pribadi
No comments:
Post a Comment